ST JULIAN\'S, KOMPAS — Pangeran Charles, putra mahkota Inggris, mengajak masyarakat dunia, khususnya dunia usaha, untuk lebih peduli terhadap keselamatan laut. Sebab, sejauh ini, masalah limbah plastik belum jadi prioritas.
Hal itu disampaikan Pangeran Charles dalam sambutannya pada pembukaan konferensi Our Ocean di St Julian\'s, Malta, Kamis (5/10), seperti dilaporkan wartawan Kompas,Buyung Wijaya Kusuma,dari St Julian\'s.
Perdana Menteri Malta Joseph Muscat, Pangeran Albert II dari Monako, Perwakilan Tinggi Uni Eropa Urusan Luar Negeri Federica Mogherini, serta Komisioner Uni Eropa untuk Lingkungan Kelautan dan Perikanan Karmenu Vella juga hadir. Acara itu dihadiri lebih dari 40 menteri dan perwakilan dari 100 negara.
Menurut Pangeran Charles, diperkirakan ada 8 juta ton plastik masuk ke laut setiap tahun. "Kita mungkin bisa mengubah gelombang. Akan tetapi, semua pihak harus segera mengambil tindakan sekarang juga untuk menghentikan situasi yang sulit dalam perubahan iklim," kata Pangeran Charles.
Menyoroti masalah besar sampah plastik yang dibuang ke laut, Pangeran Charles mengatakan, sampah plastik harus ditangani dengan baik, didaur ulang, dan digunakan lagi. Oleh karena itu, sangat penting bahwa dunia harus mengadopsi circular economy untuk menggunakan kembali produk yang sudah digunakan.
Karmenu Vella mengatakan, komitmen sektor swasta yang akan dilihat selama konferensi merupakan dukungan terbesar terhadap kemajuan penyelamatan laut. Ia mengatakan, beberapa perusahaan besar di dunia sudah mengurangi penggunaan plastik secara signifikan. Mereka berinvestasi dalam teknologi baru untuk melawan penangkapan ikan ilegal dan memperbaiki keamanan maritim.
Selain itu, lembaga keuangan - dengan dukungan Komisi Eropa, World Wide Fund for Nature, dan Prince of Wales International Sustainability Unit, akan mengembangkan prinsip keberlanjutan untuk memandu keputusan investasi mereka dalam ekonomi biru.
"Berbagai janji dan upaya ini menunjukkan bahwa kita semua bisa membuat perbedaan secara kolektif dan individual. Ketika memutuskan bisnis mana yang akan diinvestasikan, kemasan apa yang akan digunakan, mobil apa yang harus dikendarai atau ikan apa yang harus dimakan, kita semua bisa bertindak untuk lautan," katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti dalam konferensi pers menyampaikan aksi yang telah dilakukan Pemerintah RI dalam menyelamatkan laut. Langkah itu termasuk memerangi penangkapan ikan secara ilegal yang cenderung menangkap ikan tanpa mempertimbangkan keberlanjutan produksi ikan.
Dalam rangka memperbaiki kondisi laut dan mengurangi dampak perubahan iklim, Kementerian Kelautan dan Perikanan menjalankan beberapa program di antaranya manajemen perlindungan area laut, perlindungan koral, dan konservasi kawasan gambut di pesisir laut.
Susi mengatakan, RI akan menjadi tuan rumah konferensi Our Ocean 2018 yang akan diselenggarakan di Bali.
RI-Norwegia
Sebelumnya, Rabu (4/10), Susi Pudjiastuti bertemu secara bilateral dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim Norwegia Vidar Helgesen di Hotel Hilton Malta. Dalam pertemuan itu, Susi menyampaikan beberapa program yang sedang dilaksanakan KKP, termasuk untuk mencapai target 20 juta hektar wilayah kelautan yang terjaga pada 2018.
Susi berharap Norwegia mengalokasikan dana bantuan untuk penyehatan laut, seperti bantuan mengatasi deforestasi hutan sebesar 1 miliar dollar AS. Diharapkan, dana tersebut dapat dialokasikan untuk negara-negara di dunia yang memiliki peran strategis dalam upaya penyehatan laut, seperti Indonesia.
Vidar Helgesen menyampaikan apresiasi terhadap upaya Indonesia dalam rangka penyehatan laut.