logo Kompas.id
EkonomiRatusan Pelintasan Sebidang...
Iklan

Ratusan Pelintasan Sebidang Dihilangkan

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 800 pelintasan sebidang di sepanjang lintasan kereta Jakarta-Surabaya akan dihilangkan. Pelintasan itu akan dibuat melayang atau terowongan sehingga dapat mengurangi kemacetan dan potensi kecelakaan lalu lintas. Penghapusan pelintasan sebidang juga diperlukan untuk mewujudkan kereta semicepat Jakarta-Surabaya."Pembenahan pelintasan sebidang itu akan dilakukan bersama oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Perhubungan. Anggaran juga dari keduanya karena PUPR berkepentingan pada jalan raya," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada Kompas, Minggu (8/10). Budi Karya mengatakan, pembenahan pelintasan sebidang ini akan dilakukan bertahap, dimulai dari Jakarta-Semarang. "Lintasan Jakarta-Semarang itu lintasan yang paling ramai. Apalagi saat Lebaran, pasti lintasan itu yang paling padat. Jadi, kita utamakan dahulu," katanya.Untuk pelintasan sebidang ini, Kemenhub dan PUPR kini masing-masing sedang membuat kajian. "Kami berharap persiapan ini cepat selesai sehingga pekerjaan penghilangan lintasan sebidang bisa dimulai Januari 2018," kata Budi Karya.Syarat mutlak Penghapusan pelintasan sebidang merupakan syarat mutlak mewujudkan kereta semicepat berkecepatan 140 kilometer per jam. Jika banyak pelintasan sebidang, perjalanan kereta semicepat akan kerap terganggu."Kereta semicepat Jakarta-Surabaya ini akan menggunakan rel existing sehingga biaya pembangunan kereta cepat bisa ditekan dari Rp 80 triliun menjadi Rp 60 triliun. Angka Rp 60 triliun itu sudah termasuk menghapuskan 800 pelintasan sebidang," kata Budi Karya.Kereta semicepat ini akan memperpendek waktu tempuh Jakarta-Surabaya menjadi hanya lima jam. Kereta ini akan beroperasi dua kali sehari. Diharapkan, jalur Jakarta-Semarang akan selesai pada 2019, sedangkan Semarang-Surabaya akan selesai pada 2021.Budi Karya mengakui, saat ini Jepang menyanggupi kereta berkecepatan 120 km per jam. Sementara pemerintah menginginkan 140 km per jam. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni penghapusan pelintasan sebidang, elektrifikasi, serta pengurangan tikungan dan tebing."Dengan elektrifikasi, banyak keuntungan yang kita dapat, industri nasional akan tumbuh, biaya perawatan akan lebih murah, serta ramah lingkungan. Selain itu, bisa dilakukan secara bertahap," kata Budi Karya.Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit mengatakan, dirinya tidak yakin kereta cepat Jakarta-Semarang bisa selesai pada 2019. "Kalau melihat karakter Jepang yang sangat menyakralkan kereta, mereka tidak akan bekerja cepat-cepat. Pasti sangat teliti dan lama, tetapi hasilnya zero accident," ujarnya. Selain itu, meski relatif sedikit, pasti dilakukan pembebasan lahan sehingga ada kemungkinan pekerjaan molor. "Jadi, saya pikir tahun 2020 beroperasi lebih moderat," kata Danang. (ARN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000