logo Kompas.id
EkonomiStok Tuna Banyak, Hasil...
Iklan

Stok Tuna Banyak, Hasil Tangkapan Merosot

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Daya saing Indonesia untuk menangkap tuna di perairan internasional menurun. Tahun ini, hasil tangkapan tuna sirip biru di Samudra Hindia dan Pasifik diprediksi tidak memenuhi kuota tangkapan yang ditetapkan Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional (RFMO).Indonesia saat ini tercatat dalam keanggotaan tiga organisasi internasional di bawah RFMO terkait pengaturan penangkapan tuna di laut lepas, yakni Komisi Tuna Samudra Hindia (IOTC), Komisi Perikanan Pasifik Tengah dan Barat (WCPFC), serta Komisi Konservasi Tuna Sirip Biru Selatan (CCSBT).Hasil tangkapan tuna sirip biru Indonesia per 1 September 2017 sebanyak 288,04 ton. Hingga akhir tahun, hasil tangkapan itu diperkirakan tidak akan memenuhi kuota tangkapan CCSBT sebanyak 750 ton. Bahkan, hasil tangkapan ini jauh di bawah tahun sebelumnya, yakni 600,64 ton pada tahun 2016 dan 592,94 ton pada tahun 2015. Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Long Line (ATLI) Dwi Agus Siswa Putra, saat dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu, mengungkapkan, sulit mencapai kuota penangkapan tuna di perairan internasional. Saat ini, jumlah kapal rawai (long line) tuna Indonesia yang beroperasi di perairan Samudra Hindia terus menyusut. Kapal rawai tuna yang menangkap tuna sirip biru saat ini tinggal 203 kapal, dari semula 575 kapal. Kebijakan pemerintah untuk melarang alih muatan kapal (transshipment) sejak 2014 menyebabkan kapal-kapal anggota ATLI sulit beroperasi karena ketiadaan kapal pengangkut ikan. Padahal, kapal pengangkut ikan diperlukan untuk menjamin mutu ikan dan kecepatan pengiriman dari daerah penangkapan ke pelabuhan perikanan untuk tujuan ekspor. "Penangkapan tuna sirip biru makin tak menjanjikan. Stok ikan sebenarnya banyak, tetapi sulit menjaga mutu ikan segar sejak ada larangan operasional kapal pengangkut," katanya. Dwi Agus menambahkan, pasar ekspor terbesar Indonesia untuk tuna sirip biru adalah Jepang, berupa ikan segar. Namun, kini sulit bagi kapal penangkap untuk mempertahankan mutu ikan segar karena dibutuhkan waktu sampai tiga bulan untuk menangkap hingga mendaratkan ikan ke pelabuhan. Padahal, syarat memasok tuna segar ke Jepang adalah proses pengiriman maksimal 15 hari sejak ikan ditangkap. Kapal pengangkut dibutuhkan untuk mengumpulkan ikan dari kapal-kapal penangkap. Ikan bisa segera dibawa ke pelabuhan dan diekspor, sementara kapal rawai tetap efektif menangkap ikan.Paling rendah Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Arif Satria menyebutkan, kuota Indonesia untuk penangkapan tuna sirip biru saat ini tergolong paling rendah jika dibandingkan dengan negara-negara anggota CCSBT. Total kuota penangkapan tuna sirip biru negara anggota CCSBT pada tahun 2015-2017 sebesar 14.647 ton per tahun. Kuota terbesar didapatkan oleh Australia, yakni 6.165 ton, dan Jepang 4.737 ton. "Padahal, lokasi pemijahan tuna sirip biru terletak di perairan selatan Jawa dan Bali. Seharusnya, Indonesia memperoleh kuota penangkapan tuna yang terbesar. Ada ketidakadilan (kuota). Di sisi lain, jumlah kapal tuna kita juga terus menurun," kata Arif. Penurunan jumlah kapal rawai tuna yang beroperasi di Samudra Hindia dan Pasifik itu dikhawatirkan menurunkan daya saing. Kapal ikan Indonesia yang terdaftar di RFMO saat ini 276 kapal, meliputi 92 kapal berukuran di atas 30 gros ton (GT) dan 10 kapal di bawah 30 GT.Tahun 2018-2020, kuota penangkapan tuna sirip biru juga naik menjadi 1.023 ton per tahun. Penambahan kapal rawai tuna dapat memanfaatkan potensi ikan tuna sirip biru yang belum tertangkap sebanyak 37.858 ton per tahun. Ini setara dengan kapasitas sekitar 13.565 GT kapal di perairan selatan. Potensi besar perikanan di perairan internasional sekaligus merupakan peluang perbankan untuk memberikan skema permodalan bagi usaha kapal dan galangan kapal dalam negeri. "Kita masih punya peluang meningkatkan tangkapan ikan laut lepas. Indonesia punya akses perikanan paling besar," ujar Arif. (LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000