logo Kompas.id
EkonomiGas dan Batubara Lebih Banyak ...
Iklan

Gas dan Batubara Lebih Banyak Diekspor

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Paradigma pengelolaan sumber energi di Indonesia belum sampai pada pola pikir untuk modal pembangunan. Sumber energi, seperti gas dan batubara, justru diekspor untuk memperoleh devisa. Keterbatasan infrastruktur penyerap gas dan batubara turut berkontribusi sehingga sumber energi itu dijual ke luar negeri.Demikian isi pidato sambutan anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Tumiran, dalam seminar bertajuk "LNG to Power" yang diselenggarakan Indonesian Gas Society (IGS), Senin (16/10), di Jakarta. Acara itu dihadiri Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Andy Noorsaman Sommeng serta perwakilan perusahaan yang bergerak di sektor gas bumi dan pembangkit listrik.Menurut Tumiran, DEN sudah pernah melontarkan usulan kepada pemerintah agar sumber energi jenis batubara dan gas bumi dikendalikan atau tidak lebih banyak diekspor. Batubara dan gas bumi harus dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri sebagai modal penggerak perindustrian. Namun, infrastruktur di dalam negeri belum siap menyerap seluruh gas dan batubara tersebut."Jepang dan Korea, misalnya, dua negara itu, kan, pengimpor besar batubara dan gas. Mereka justru mendapat nilai tambah luar biasa besar dari impor dan menjadi negara maju. Sementara di dalam negeri, belum ada peta jalan yang jelas bagaimana pemanfaatannya memberikan nilai tambah yang besar," katanya. Andy Sommeng menuturkan, gas belum sepenuhnya menjadi solusi untuk menaikkan rasio elektrifikasi di Indonesia, khususnya di kawasan timur yang berupa kepulauan. Padahal, gas alam cair (LNG) bisa menjadi sumber bahan bakar pembangkit berjenis pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). "Pemanfaatan LNG untuk pembangkit listrik dalam skala kecil bisa menjadi solusi," katanya. Ketua IGS Yenni Andayani menyebutkan, perlu investasi sekitar Rp 900 triliun untuk membangun infrastruktur gas di Indonesia sampai 2030. Infrastruktur itu, antara lain, berupa jaringan pipa gas serta unit penyimpanan dan regasifikasi terapung (FSRU). "Kebutuhan gas dalam negeri tumbuh 4-5 persen per tahun. Gas bumi akan berperan penting dalam perekonomian Indonesia mendatang," kata Yenni. (APO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000