logo Kompas.id
EkonomiKapal Pengangkut Ternak...
Iklan

Kapal Pengangkut Ternak Ditambah

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perhubungan berencana mengoperasikan lima kapal tambahan pengangkut ternak tahun depan. Swasta diberi kesempatan terlibat. Namun, sejumlah kalangan meminta pemerintah cermat menghitung kebutuhan agar operasi kapal tidak sia-sia. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi seusai memberi sambutan dalam diskusi tentang efektivitas kapal ternak yang digelar Bisnis Indonesia dan Kementerian Perhubungan di Jakarta, Senin (16/10), mengatakan, lima kapal senilai Rp 295 miliar yang dipesan pada 2015 kini dalam tahap penyelesaian. Kapal yang masing-masing berkapasitas 500 ekor sapi itu dijadwalkan selesai pada Desember 2017 dan beroperasi pada awal 2018.Dalam dua tahun terakhir, pemerintah melalui PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) mengoperasikan satu kapal ternak rute Kupang-Jakarta, yakni KM Camara Nusantara I. Kapal mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menuju Jakarta. Pemerintah memberi subsidi operasi dan biaya angkutan sapi sekitar Rp 1,5 juta per ekor. Dengan subsidi itu, peternak tinggal menanggung ongkos Rp 330.000 per ekor.Pengoperasian KM Camara Nusantara I dinilai positif. Selain membuat ongkos angkut lebih murah, operasi kapal ternak dinilai menekan waktu tempuh dari 10-14 hari menjadi 5 hari, mengurangi bobot susut ternak dari 22 persen menjadi 7-12 persen. Selain itu, harga pembelian sapi di tingkat peternak juga naik dari Rp 26.000-Rp 29.000 per kilogram hidup menjadi Rp 29.000-Rp 32.000 per kilogram hidup. Kesejahteraan hewan (animal welfare) juga dinilai lebih baik sehingga mendongkrak mutu dagingnya.Peminatnya pun tinggi. Menurut Kepala Dinas Peternakan NTT Dani Suhadi, setiap 14 hari periode pelayaran, kapal sebenarnya hanya mampu mengangkut 500 ekor sapi. Namun, jumlah sapi yang didaftarkan pelaku usaha mencapai 700-1.000 ekor. Secara total selama tahun 2016, jumlah sapi yang terangkut oleh 24 kali pelayaran kapal ternak mencapai 11.735 ekor. Padahal, setiap tahun rata-rata ada 65.000 ekor sapi yang dijual dan dikapalkan ke luar NTT. Belum berdampakPengoperasian kapal diyakini menguntungkan peternak. Selain harga jual ternak lebih tinggi, mereka mendapatkan kepastian pasar. Menurut Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Fini Murfiani, ternak lebih nyaman karena fasilitas untuk masuk, selama di perjalanan, dan turun dari kapal didesain khusus untuk ternak. Selain itu, ada dokter hewan dan petugas khusus yang memantau kondisi ternak. Hasilnya, ternak jadi lebih sejahtera sehingga bobot susutnya lebih kecil dan mutu dagingnya lebih baik. Namun, pengoperasian kapal ternak belum berdampak banyak untuk menekan harga daging sapi segar di Jakarta. Dengan kapasitas angkut 500 ekor per dua minggu atau rata-rata 35 ekor per hari, kapasitas kapal ternak baru sekitar 5 persen dari total kebutuhan DKI Jakarta yang mencapai 650 ekor per hari. Selain kapasitas yang masih relatif kecil, dampak di hilir belum signifikan karena sejumlah hal, antara lain rendemen atau jumlah daging yang bisa dihasilkan yang rendah. Menurut Direktur Utama PD Dharma Jaya (badan usaha milik DKI Jakarta di bidang peternakan) Marina Ratna, rendemen sapi asal NTT hanya 45-47 persen. Sementara sapi hasil impor bakalan mencapai 50 persen atau lebih.Direktur Eksekutif Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) Adnan Ahmad meminta pemerintah mengevaluasi pelaksanaan operasi kapal sekaligus subsidi pengangkutan ternak. Rencana melibatkan swasta dalam pelayaran juga perlu didukung data permintaan dan suplai yang akurat. "Jangan sampai setelah kapal ditambah, tetapi ternyata sapinya kurang atau bahkan tidak ada," ujarnya. Harga daging sapi asal NTT di Jakarta sebenarnya relatif lebih murah, yakni Rp 99.500 per kilogram, ketimbang sapi bakalan impor yang Rp 110.000 per kilogram. Namun, pemerintah lalu mengimpor daging beku asal India demi menekan harga daging sapi setidaknya Rp 80.000 per kilogram. Impor daging dinilai kontraproduktif bagi pengembangan usaha peternak lokal. "Harga daging memang stabil. Akan tetapi, stabilitas itu ditopang oleh daging impor, bukan oleh peternak lokal yang berdaulat," kata Marina. (MKN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000