logo Kompas.id
EkonomiProduktivitas Kebun Masih...
Iklan

Produktivitas Kebun Masih Rendah

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Produktivitas sejumlah komoditas utama perkebunan di Indonesia dinilai rendah dan bahkan cenderung turun. Faktornya, antara lain, adalah usia tanaman terlalu tua, kurangnya sentuhan teknologi, dan pola budidaya yang seadanya. Selain sektor hulu, perbaikan hilir dianggap mendesak untuk menggairahkan perkebunan. Direktur Utama PT Riset Perkebunan Nusantara Teguh Wahyudi di sela-sela konferensi dan pameran perkebunan internasional World Plantation Conferences and Exhibition di Jakarta, Rabu (18/10), mencontohkan produktivitas kopi yang rata-rata 500 kilogram per hektar. Produktivitas komoditas serupa di Vietnam bisa mencapai 2,2 ton per hektar. "Padahal, bedanya hanya pada faktor pengairan dan pemupukan, tetapi selisihnya bisa mencapai 4-5 kali lipat," ujarnya.Komoditas tebu juga demikian. Produktivitas kebun tebu Indonesia saat ini rata-rata 40 ton tebu basah per hektar. Padahal, pada era penjajahan Belanda, produktivitasnya pernah mencapai 100 ton per hektar. Sementara produktivitas kelapa sawit saat ini hanya berkisar 1-2 ton per hektar meski potensinya bisa lebih dari 8 ton per hektar.Faktor usia tanaman dinilai menjadi salah satu penyebab. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang menyebutkan, sekitar 2,4 juta hektar dari total 4,7 juta hektar kebun sawit rakyat butuh peremajaan. Sekitar 400.000 hektar di antaranya bahkan telah berumur 25-27 tahun. Sisanya kurang produktif karena faktor benih yang seadanya.Situasi serupa dinilai terjadi pada komoditas perkebunan lain, seperti karet, kakao, kopi, serta tanaman rempah, khususnya cengkeh dan pala. Karena itu, pemerintah menargetkan peremajaan tanaman perkebunan. Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menganggarkan dana untuk bantuan 35 juta benih gratis, khususnya beberapa komoditas utama, yakni karet, kakao, tebu, teh, kopi, lada, dan pala.Menurut Bambang, pengembangan benih melibatkan sejumlah lembaga penelitian pemerintah dan swasta, produsen benih, perguruan tinggi, serta penangkar dan petani pembenih yang sudah mengantongi sertifikat di semua sentra produksi. Pemerintah juga mengajak dinas pertanian atau perkebunan di kota/kabupaten dan provinsi untuk terlibat dalam pendataan, penyaluran, dan pengawasan.TertinggalDaya saing produk perkebunan Indonesia cenderung turun dan kalah dari negara pesaing. Indonesia tertinggal dari Brasil, Vietnam, dan India untuk komoditas kopi serta tertinggal dari Thailand untuk karet. Untuk kakao, Indonesia menempati posisi ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Untuk komoditas teh, peringkat Indonesia turun dari posisi keempat ke posisi ketujuh.Perbaikan teknologi menjadi salah satu upaya meningkatkan produksi di tengah kompleksnya tantangan di sektor perkebunan dan pertanian. Lahan pertanian dan perkebunan makin terbatas. Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka konferensi itu mengatakan, pertambahan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan. Wapres Kalla menilai, ketidakseimbangan pertambahan produksi dan kebutuhan pangan hanya bisa diselesaikan dengan perbaikan teknologi produksi. "Tantangan kita sekarang, jumlah konsumen naik terus, sementara lahan berkurang. Maka, solusinya adalah perbaikan teknologi, cuma itu saja," kata Wapres. (MKN/NTA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000