logo Kompas.id
EkonomiEkonomi Tumbuh Lebih Baik
Iklan

Ekonomi Tumbuh Lebih Baik

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih baik, yaitu berkisar 5,1-5,2 persen. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh investasi, ekspor, serta sektor usaha perdagangan, perhotelan, dan restoran dan industri pengolahan berbasis komoditas.Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan hal itu dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (19/10), di Jakarta. RDG BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen dengan suku bunga deposit facility 3,5 persen dan lending facility 5 persen.Dody mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada 2017 sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi BI, yaitu 5-5,4 persen. Investasi yang akan menopang pertumbuhan ekonomi itu berasal dari sektor bangunan yang didorong melalui belanja pemerintah.Belanja pemerintah itu juga akan mendorong peningkatan investasi swasta dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Adapun ekspor ditopang oleh harga komoditas batubara dan logam (tembaga, nikel, dan timah) yang masih tinggi."Perbaikan ekonomi global juga berlanjut dengan kecenderungan lebih tinggi, terutama karena ada perbaikan pertumbuhan ekonomi Eropa dan China. Volume perdagangan dunia dan pertumbuhan harga komoditas nonmigas diperkirakan lebih tinggi dari asumsi semula. Hal itu akan turut menopang permintaan ekspor Indonesia," katanya.Dari sisi sektoral lapangan usaha, lanjut Dody, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh sektor perdagangan, perhotelan, dan restoran serta industri pengolahan berbasis komoditas. Sektor-sektor tersebut menunjukkan kinerja yang baik, terutama dari industri makanan dan minuman.Kendati begitu, BI tetap mewaspadai sejumlah risiko global yang berasal dari pengetatan kebijakan moneter dan reformasi fiskal Amerika Serikat. Selain itu, masih ada potensi tekanan geopolitik di Eropa dan Semenanjung Korea."Untuk di dalam negeri, BI tetap akan mencermati berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan," ujarnya.Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengemukakan, pemerintah memang perlu mendorong ekspor agar rasio utang luar negeri (ULN) terhadap ekspor turun. Saat ini, rasio ULN Indonesia terhadap ekspor sudah menunjukkan lampu kuning karena sudah mencapai 174 persen.Di sisi lain, rasio solvabilitas, yaitu ULN terhadap PDB, masih aman, yaitu sekitar 34 persen. "Untuk menjaga keberlanjutan fiskal dan keamanan stabilitas makro, rasio ULN terhadap ekspor harus dijaga di angka 100 persen. Kalau rasio tersebut terus meningkat, bisa menimbulkan tekanan terhadap mata uang rupiah," katanya.Dendi berharap kinerja ekspor dipacu lebih cepat agar tidak mengganggu likuiditas kebutuhan mata uang asing. Pertumbuhan ekspor yang tinggi dan impor yang menurun tentu akan berdampak pada daya dorong dari transaksi luar negeri (net export). Hal itu diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini.Relaksasi Kinerja ekspor diperkirakan konsisten selama periode 2017 ke depan karena harga komoditas relatif akan stabil sehingga secara keseluruhan bisa cukup mendorong pertumbuhan ekonomi. "Relaksasi ekspor bahan mineral mentah juga cukup menolong kinerja ekspor walaupun menjadi pertanyaan bagaimana konsistensi kebijakan pemerintah dalam mendorong program hilirisasi," ujar Dendi.Menurut dia, nilai ekspor Indonesia sampai September 2017 meningkat sangat signifikan, dari 105 miliar dollar AS menjadi 123 miliar dollar AS. Ekspor nonmigas menjadi pendorong utama karena meningkat dari 95,4 miliar dollar AS menjadi 111,9 miliar dollar AS.Motor utama peningkatan ekspor adalah minyak lemak dan produk nabati/hewani, termasuk minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan bahan bakar mineral. Masing-masing meningkat 41,4 persen dan 49,7 persen. Sementara impor turun karena penurunan impor migas 10,9 persen pada Januari-September 2017. Ini terkait harga minyak mentah yang relatif rendah. (HEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000