JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan Jalan Tol Layang AP Pettarani di Kota Makassar dimulai dengan ditandai peletakan batu pertama oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono di Makassar, Kamis (19/10). Diharapkan pembangunan jalan tol layang ini bisa menjadi solusi bagi persoalan kemacetan di ibu kota Sulawesi Selatan ini.
Pembangunan Jalan Tol Layang AP Pettarani dilakukan oleh PT Bosowa Marga Nusantara (BMN), yang merupakan anak usaha dari PT Margautama Nusantara (MUN). Jalan tol ini merupakan penambahan lingkup Jalan Tol Ujung Pandang Seksi 3 yang dibangun di atas jalan nasional, yang memiliki panjang 4,3 kilometer. Nilai investasi lebih dari Rp 2 triliun.
Pembangunannya akan menggunakan desain kantilever (double decker) yang merupakan teknologi pertama di Indonesia. Dengan menggunakan desain ini, Jalan Tol Layang AP Pettarani dapat dibangun tanpa adanya pembebasan lahan.
Setelah groundbreaking, butuh waktu sekitar enam bulan masa periapan untuk menuju tahap pembangunan. Pembangunan jalan tol layang ini membutuhkan waktu sekitar dua tahun masa konstruksi.
Sejak awal perencanaan proyek tersebut, pihak perusahaan terus menginisiasi studi untuk mencari solusi terbaik dalam mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Makassar dengan berbagai pihak, khususnya Pemerintah Kota Makassar dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Direktur Utama PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) Anwar Toha, dalam siaran pers, mengatakan, ”Kami terus berupaya memberikan solusi dan inovasi terbaik melalui pengimplementasian desain dengan menggunakan teknologi yang dapat disepakati berbagai pihak sehingga pembangunan Jalan Tol Layang AP Pettarani dapat terlaksana.”
Anwar Toha menambahkan, pengerjaan tol layang ini mendapat dukungan penuh pemerintah kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat. Selama masa konstruksi, kenyamanan para pengguna jalan akan sedikit terganggu.
Untuk itu, pihaknya sangat membutuhkan dukungan serta kerja sama dari semua pihak agar pembangunan Jalan Tol Layang AP Pettarani dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya.
Sebelumnya PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) dan PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) telah melakukan sejumlah pengembangan solusi untuk membantu mengatasi kemacetan di Kota Makassar, seperti rekonstruksi jalan frontage guna menunjang kelancaran akses menuju dan keluar jalan tol di sepanjang Jalan Arteri Ir Sutami, pembangunan Jembatan Tallo II dengan penambahan jalan untuk melengkapi Jembatan Tallo I yang sudah ada, serta pengimplementasian sistem informasi lalu lintas atau traffic information system (TIS) yang merupakan inovasi teknologi lalu lintas.
BMN & JTSE merupakan anak usaha PT Margautama Nusantara (MUN). Sementara MUN merupakan salah satu strategy business unit (SBU) di sektor tol dari PT Nusantara Infrastructure Tbk dengan kode saham META, yakni perusahaan infrastruktur swasta nasional terintergrasi.
Melalui kelima sektor yang dikelola saat ini, yakni jalan tol, pelabuhan, air bersih, energi, dan menara telekomunikasi, Nusantara Infrastructure terus memberikan sumbangsih dalam rangka mewujudkan visinya untuk menjadi perusahaan Indonesia terkemuka di bidang investasi dan pembangunan infrastruktur sekaligus mendorong pertumbuhan perekonomian nasional dan menciptakan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia di masa mendatang.
Saat ini MUN memiliki dan mengelola empat jalan tol, satu tol di Serpong melalui PT Bintaro Serpong Damai (BSD), satu tol di Jakarta melalui PT Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB), dan dua tol di Makassar melalui PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) dan PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE).