Menanti Kemandirian Maja
Daya tarik kawasan permukiman yang dilengkapi jalur ganda kereta listrik komuter bak gula yang dikerumuni semut. Terlebih lagi jika kawasan itu diproyeksikan sebagai kota mandiri dengan akses jalan tol. Inilah Maja, kota masa depan di Kabupaten Lebak, Banten.
Jalur ganda kereta rel listrik (KRL) commuter line hingga Stasiun Maja mulai dioperasikan pada 2016. Kereta yang melayani penumpang dari Stasiun Tanah Abang, Jakarta, itu tak pelak membuat pembangunan perumahan di Maja semakin pesat.
Di Desa Pasirkembang, awal September 2017, kluster perumahan mentereng mulai terlihat. Sejumlah ruko sudah dibuka di bagian depan perumahan. Jalanan lebar dibeton mulus, dengan pembatas jalan berhiaskan tanaman yang tertata rapi.
Berjarak 1 kilometer (km) memasuki gerbang perumahan, ratusan rumah berdiri kokoh dan tertata rapi. Pembangunan rumah-rumah terus berlangsung. Truk, backhoe, dan buldoser menggali tanah di sudut kawasan. Beberapa pekerja merapikan tanaman di perumahan yang dibangun pengembang ternama berskala nasional itu. Di sisi belakang kawasan perumahan tersedia lahan lapang yang belum digarap.
Kepala Bidang Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Lebak Rukim mengatakan, pembangunan properti di Maja mulai marak sejak tahun lalu dengan melonjaknya jumlah izin mendirikan bangunan (IMB).
Pada 2016 terdapat dua pengembang yang mengajukan IMB di Maja untuk 5.389 rumah. Sementara itu, tahun ini satu pengembang sudah mengajukan IMB untuk 1.604 rumah. Pengajuan IMB diyakini masih dilakukan pengembang-pengembang lain hingga akhir tahun ini.
Rukim mengenang tahun 2015 sewaktu jumlah rumah yang dibangun masih tergolong sedikit, yakni total IMB yang diajukan kurang dari 1.000 unit per tahun. ”(Dulu) hanya ratusan unit per tahun. Sekarang, Maja sudah direncanakan menjadi bagian dari megapolitan Jabodetabek,” katanya.
Pesatnya pembangunan properti juga didorong program Kota Publik Maja yang dicanangkan pemerintah pusat. Maja diproyeksikan mampu menampung 1,5 juta warga baru dengan kawasan siap bangun seluas 10.900 hektar. Bahkan, Maja disiapkan menjadi pusat pengembangan kawasan berskala besar melalui Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
”Kereta commuter line sudah melayani rute hingga Maja. Tol Serpong-Serang pun akan dibangun. Rute tol itu juga akan melewati Maja,” ujarnya. Perjalanan menggunakan kereta api dari Maja hingga Stasiun Tanah Abang berjarak 63 km ditempuh hanya sekitar 1,5 jam.
Program-program pemerintah yang dicanangkan di Maja adalah ”gula” bagi masuknya pengembang swasta. Manajer Pemasaran Citra Maja Raya Mario Susanto mengatakan, Maja dipilih sebagai lokasi perumahan sejalan dengan program pemerintah.
”Pemerintah memberikan perhatian besar terhadap Maja dengan membantu membangun infrastruktur. Jalan menuju Maja sudah bagus,” katanya.
Sejak perumahan itu dipasarkan pada 2014, jumlah rumah yang telah diserahterimakan hingga April 2017 sekitar 6.000 unit. ”Jumlah itu adalah bagian dari perumahan tahap pertama yang terdiri dari 7.000 unit,” ucap Mario.
Sementara itu, dari proyek perumahan tahap kedua sejumlah 7.000 unit, sekitar 3.000 unit sudah terjual. Harga rumah di Citra Maja Raya dibanderol mulai Rp 155 juta per unit dengan luas bangunan 22 meter persegi dan luas tanah 60 meter persegi. Rumah dengan harga tertinggi, yakni Rp 411 juta, memiliki luas bangunan 42 meter persegi dan luas tanah 96 meter persegi.
Citra Maja Raya hanya berjarak sekitar 1 km dari Stasiun Maja. Mal, rumah sakit, dan sekolah juga akan segera dibangun di kawasan itu. Total lahan yang disiapkan mencapai 2.000 hektar (ha) dengan pengembangan terbagi dalam beberapa tahap.
Dukungan transportasi
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Realestat Indonesia (REI) Banten Roni Hardiriyanto Adali berpendapat, pembangunan properti di Maja kian prospektif sejak infrastruktur terus dibenahi. Bahkan, pertumbuhan properti di Maja menjadi salah satu yang paling pesat di Banten.
Sebenarnya, pemerintah pusat mendorong pembangunan perumahan di Maja sejak 1990-an. Namun, infrastruktur pendukung belum tersedia sehingga rencana itu meredup. Kini ditunjang infrastruktur yang baik, properti di Maja diyakini terus berkembang.
Sasaran utama pengembang di Maja ialah konsumen yang bekerja di Jakarta dan Tangerang. Karena itu, akses harus tersedia. ”Rel sudah ada, apalagi kalau tol sudah beroperasi. Sekarang saja, perkembangan properti di Maja sudah positif. Sejumlah pengembang besar melirik Maja,” ucapnya.
Sejumlah pengembang bahkan sudah membeli tanah sekitar 20 tahun lalu. Maja, lanjut Roni, bakal menjadi kawasan perumahan mandiri. ”Tinggal pengembang mengambil momen yang tepat seiring kemajuan pembangunan tol dan meningkatnya minat masyarakat membeli rumah,” ujarnya.
Menurut Sekretaris Kecamatan Maja Jaenudin, rute commuter line yang melewati Maja kini sudah mencapai Rangkasbitung. Perjalanan dengan kereta api pun semakin lancar setelah rel jalur ganda tersedia.
Dampaknya, pembangunan perumahan di Maja kian gencar, antara lain tersebar di Desa Maja, Curugbadak, Padasuka, dan Pasirkembang. Wajah Kecamatan Maja pun bergeser menjadi perkotaan seiring hadirnya sarana transportasi yang memadai.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya meminta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk segera menyampaikan rencana induk perumahan. ”Saat ini, banyak pihak mengajukan izin membangun perumahan kepada kami. Jangan sampai nanti tidak sesuai dengan rencana itu,” katanya.
Rencana induk perumahan diperlukan agar Pemerintah Kabupaten Lebak tidak dianggap menahan masuknya investasi properti. ”Perkembangan Maja harus diantisipasi sejak sekarang dengan menindaklanjuti dinamika secara simultan,” ujarnya.
Iti pun berharap, tidak hanya perumahan yang berdiri di Maja, tetapi juga pusat perekonomian, seperti pasar induk atau grosir, sehingga warga tidak perlu ke Jakarta. (Dwi Bayu Radius)