logo Kompas.id
EkonomiSubsidi Elpiji Bisa Jadi Bom...
Iklan

Subsidi Elpiji Bisa Jadi Bom Waktu

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Subsidi elpiji tabung 3 kilogram akan menjadi bom waktu jika tidak segera ditangani. Sebab, dari tahun ke tahun, nilai subsidinya terus meningkat. Konversi minyak tanah ke elpiji yang semula didorong untuk menghemat anggaran, kini justru menjadi beban yang lebih besar dari subsidi minyak tanah. Untuk itu, sejumlah masalah harus segera diselesaikan agar subsidi elpiji 3 kg menjadi tepat sasaran dan tidak membebani anggaran. "Yang paling utama adalah memperbaiki tata kelola niaga. Selain itu, tentukan harga elpiji berdasarkan kondisi lokal. Selain itu, pasok elpiji 5,5 kg sebanyak mungkin agar masyarakat mudah mendapatkannya," kata peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Maxensius Tri Sambodo di Jakarta, Selasa (24/10).Menurut Maxensius, pemerintah harus menyelesaikan masalah ini secepatnya. Sebab, konsumsi elpiji pasti naik di tahun depan, begitu pula dengan harganya. "Apalagi saat ini pemerintah membuat kebijakan untuk mengganti kapal nelayan berbahan bakar bensin menjadi gas. Berarti kebutuhan gas akan meningkat," ujarnya. Maxensius mengatakan, subsidi elpiji 3 kg yang bertambah disebabkan konsumsi yang meningkat. Penggunanya bukan saja masyarakat kelas bawah, tetapi juga menengah atas. Jumlah rumah tangga pengguna elpiji bersubsidi di 2015 sebanyak 41,58 juta, yang pada 2016 meningkat menjadi 45,37 juta. Tidak semuanya layak menerima subsidi dalam bentuk elpiji 3 kg. "Tinggal dihitung saja, apabila pemerintah harus menyubsidi Rp 5.000-Rp 6.000 per kg," ujar Maxensius.Namun, Maxensius juga mengritik penyediaan elpiji nonsubsidi dalam tabung berukuran 5,5 kg yang masih terbatas. Akibatnya, masyarakat kesulitan memperoleh elpiji non-subsidi ini sehingga memilih menggunakan elpiji bersubsidi 3 kg yang paling mudah ditemui. "Cara yang termudah adalah melakukan sosialisasi ke masyarakat, bahwa elpiji 3 kg itu hanya untuk masyarakat tidak mampu. Jangan memakai produk untuk orang miskin karena akan mengurangi jatah mereka," ujar Maxensius.Sementara Dirjen Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, subsidi elpiji 3 kg sesuai APBN-P 2017 sebesar Rp 39,95 triliun dengan kuota volume 6,199 juta metrik ton. Syahrial mengakui, saat ini subsidi elpiji 3 kg masih terbuka sehingga belum tepat sasaran. "Upaya pemerintah saat ini bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi mengeluarkan surat edaran dan imbauan kepada masyarakat yang mampu dan kelompok usaha kecil ke atas untuk menggunakan elpiji nonsubsidi. Di samping itu, mendorong Pertamina menjual elpiji 5,5 kg sebagai alternatif pengganti elpiji 3 kg bersubsidi," kata Syahrial.Untuk menekan subsidi tidak tepat sasaran, pemerintah akan menerapkan sistem subsidi langsung elpiji 3 kg agar tepat sasaran menggunakan sistem nontunai terintegrasi. (ARN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000