logo Kompas.id
EkonomiSurplus 6,3 Juta Ekor Bibit...
Iklan

Surplus 6,3 Juta Ekor Bibit Ayam

Oleh
· 2 menit baca
Iklan

JAKARTA, KOMPAS — Kelebihan produksi bibit ayam selama November 2017 diperkirakan mencapai 6,3 juta ekor per minggu. Karena itu, pemerintah menargetkan pengurangan untuk menyeimbangkan produksi dan kebutuhan, sekaligus mengantisipasi anjloknya harga di tingkat peternak. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita di Jakarta, Kamis (26/10), mengatakan, potensi produksi bibit ayam umur sehari (DOC FS), berdasarkan impor bibit indukan (grand parent stock/GPS) tahun 2015, 2016, dan 2017 mencapai 58-64 juta ekor per minggu selama kurun September 2017 hingga Juni 2018. Padahal, kebutuhan bibit selama November-Desember 2017 diperkirakan hanya sekitar 55 juta ekor per minggu. Pengurangan pun ditempuh. Selama Oktober 2017, realisasi pengurangan setidaknya mencapai 6,5 juta butir telur siap tetas atau setara 5,2 juta ekor indukan.Akan tetapi, setelah pengurangan itu, produksi indukan diperkirakan masih 61,3 juta ekor per minggu. Dengan demikian, surplus mencapai 6,3 juta ekor per minggu. Berdasarkan perhitungan itu, Kementan menargetkan pengurangan 6 juta butir telur siap tetas umur 18 hari per minggu mulai 30 Oktober hingga 30 Desember 2017.FluktuasiKelebihan produksi daging dan telur ayam ras menjadi problem tersendiri bagi peternak. Dalam setahun terakhir, harga jual daging dan telur jatuh di bawah ongkos produksi sehingga peternak rugi. Menurut Koordinator Forum Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi, investasi perunggasan melaju lebih cepat ketimbang pasarnya. Akibatnya, harga jual di tingkat peternak terus berfluktuasi, termasuk di industri ayam petelur (layer) yang 90 persennya melibatkan peternak rakyat. Kementan memang telah berupaya mengelola produksi agar seimbang dengan kebutuhan. Kementerian Perdagangan juga mengeluarkan ketentuan tentang harga acuan untuk mengamankan harga pembelian di tingkat peternak dan penjualan di tingkat konsumen.Akan tetapi, harga di tingkat peternak berulang anjlok meski di tingkat konsumen relatif stabil. Harga acuan pembelian telur ayam di peternak, misalnya, ditetapkan Rp 18.000 per kg. Ongkos produksinya Rp 17.500 per kg, lebih tinggi dari yang disampaikan Sekretaris Dewan Peternak Rakyat Nasional Ade M Zulkarnain Rp 15.000-16.000 per kg. Namun, lanjut Ki Musbar, harga yang diterima peternak di Jawa Timur dan Jawa Tengah hanya Rp 16.500-17.000 per kg."Kami berharap pemerintah melalui Satgas Pangan ikut merunut tata niaga, kenapa harga di tingkat produsen fluktuatif sementara di hilir stabil," ujarnya.Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko meminta pemerintah merealisasikan ketentuan harga acuan, khususnya di tingkat produsen. Apalagi sebagian peternak telah menutup usaha karena terus rugi. (MKN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000