JAKARTA, KOMPAS — Keterbatasan akses barang dan modal, selain faktor lokasi, menjadi kendala pengembangan usaha perdagangan kecil dan tradisional. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan mendorong kemitraan antara peritel modern dan perbankan dengan pedagang tradisional.
"Tak perlu mempertentangkan antara ritel modern dan tradisional. Namun, jika problemnya tidak diselesaikan, pedagang yang besar akan tambah besar, sedangkan yang kecil akan semakin tertinggal," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita seusai meluncurkan program kemitraan ritel modern, warung tradisional, dan perbankan di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/11).
Pada kesempatan itu, Enggartiasto meresmikan kemitraan antara jaringan perkulakan Indogrosir dengan pedagang kecil dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Central Asia Tbk.
Dengan kerja sama itu, pedagang pemilik warung atau kios di pasar tradisional bisa membeli barang-untuk dijual lagi-secara langsung di distributor besar dengan harga setara atau lebih murah daripada harga yang diterima peritel modern. Pedagang juga mendapat bantuan modal dari bank.
Menurut Enggartiasto, harga barang di warung atau pasar tradisional sering kali kalah bersaing karena pedagang tidak bisa mengakses langsung ke distributor utama. Pedagang membeli dengan harga lebih tinggi karena jumlah pembeliannya kecil.
Oleh karena itu, kemitraan seperti yang ditempuh Indrogosir dan pedagang-pedagang kecil perlu diikuti peritel besar modern lain di semua daerah di Indonesia.
Enggartiasto juga berharap langkah Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BCA diikuti bank-bank lain untuk meningkatkan akses pedagang kecil ke permodalan.
Menurut Kementerian Perdagangan terkait kemitraan itu, peritel besar diminta tidak mengenakan harga barang lebih tinggi ke pedagang kecil. Selain itu, peritel besar tidak diperkenankan memaksa pedagang kecil untuk membeli ke jaringannya, tetapi sekadar memberi alternatif harga barang.
Perluas cakupan
Selain mendorong kemitraan, pemerintah juga berupaya merevitalisasi pasar agar mampu bersaing dengan ritel modern. Selama lima tahun hingga tahun 2019, pemerintah menargetkan revitalisasi 5.000 pasar tradisional, setidaknya 1.000 pasar setiap tahun.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menambahkan, pada tahap awal, model kemitraan Indogrosir bisa jadi contoh. Dia berharap, model serupa bisa diperluas cakupannya oleh pengusaha ritel modern lain. Saat ini Aprindo memiliki anggota sekitar 600 ritel besar dan 36.000 toko di seluruh Indonesia.
"Saat ini ritel modern memang sedang melambat, tetapi bukan berarti tak ada terobosan. Sinergi dan kerja sama ritel modern dan tradisional ini salah satunya," ujarnya.
Mirwan (35), pedagang kecil asal Nangewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyatakan, kemitraan itu memberikan alternatif membeli barang untuk dijual lagi.