Perlu Adaptasi untuk Mencari Model Bisnis Baru
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan karena perkembangan dunia digital tak hanya memengaruhi dunia bisnis, tetapi juga pemerintahan. Alih-alih sebagai ancaman, digitalisasi mesti ditempatkan sebagai peluang. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi untuk mencari model bisnis baru.
"Sekarang adalah era disruptif. Sebenarnya terjadi perubahan model bisnis yang luar biasa. Masih ada sektor yang kontraksi meski di beberapa sektor, khususnya transportasi, terjadi lebih dulu dengan adanya transportasi dalam jaringan. Itu adalah keterlambatan suprastruktur karena undang-undang atau regulasinya tidak siap dan tidak bisa mengikuti model bisnis yang baru. Ini menjadi masalah jika model bisnisnya tidak sesuai dengan aturan," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail dalam pembukaan Pameran BRI Indocomtech, Rabu (1/11), di Jakarta.
Menurut Ismail, sumber perubahan yang mengakibatkan disrupsi di segala bidang adalah pertumbuhan layanan digital atau layanan berbasis jaringan pita lebar yang pesat. Layanan digital menyebabkan perubahan perilaku masyarakat dalam melakukan atau mengonsumsi. Masyarakat pun ingin mendapatkan sesuatu dengan serba cepat dan mudah atau menggunakan jalan pintas.
Ismail mencontohkan, rantai distribusi yang panjang di sektor pertanian-antara produsen dan konsumen akhir-kemungkinan akan terpotong.
Demikian pula sektor perbankan yang tidak bisa lagi menghindar dari layanan digital. Dengan model bisnis model yang berubah, perbankan harus segera beradaptasi. "Di China, model pembayaran sudah luar biasa. Tukang sayur melakukan pembayaran dengan telepon genggam melalui layanan pembayaran elektronik. Ini sudah biasa dan tinggal waktu saja akan terjadi di Indonesia," kata Ismail.
Untuk beradaptasi dengan gelombang perubahan tersebut, lanjut Ismail, layanan digital mesti dipandang sebagai peluang. Kuncinya, kompetensi berupa sumber daya manusia yang berkualitas dan meningkatkan kewirausahaan.
Regulasi juga harus beradaptasi dengan perkembangan. Yang terjadi saat ini, masyarakat membutuhkan layanan digital, namun regulasi belum mengikuti.
Tantangan
Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Handayani mengatakan, perkembangan teknologi finansial (tekfin) juga menjadi tantangan bagi sektor perbankan. "Disrupsi akibat teknologi jadi tantangan juga bagi perbankan karena tekfin punya kunci serupa dengan perbankan. Kami tidak bisa menjadikan mereka kompetitor, tetapi menjadi mitra," kata Handayani.
Menurut Handayani, tekfin dapat menjadi mitra bank dalam melakukan penetrasi pasar. Bank dapat mendukung literasi keuangan, melakukan efisiensi pola transaksi, dan memberi pinjaman untuk bisnis tekfin.
Direktur Digital Banking dan Strategi BRI Indra Utoyo mengatakan, BRI akan merangkul tekfin. Indra berharap, BRI dapat menjadi platform bagi tekfin.
Ketua Umum Yayasan Apkomindo Hidayat Tjokrodjojo mengatakan, meskipun sebagian transaksi dilakukan dalam jaringan, tetap ada kebutuhan bertatap muka. Tatap muka tersebut bisa terjalin antara produsen dan konsumen atau pebisnis.
(NAD)