logo Kompas.id
EkonomiDorong Industri untuk Ekspor
Iklan

Dorong Industri untuk Ekspor

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kontribusi ekspor terhadap produk domestik bruto pada triwulan III-2017 cukup signifikan, yakni 20,5 persen. Namun, kenaikan kinerja ekspor tersebut masih bergantung pada komoditas. Terkait itu, pengembangan industri penopang ekspor mendesak untuk dilakukan.Head of Industry and Regional Research Department Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani, Selasa (7/11), mengatakan, komoditas memang menjadi penopang utama pertumbuhan ekspor, baik secara volume maupun nilai. Nilai ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan batubara pada Januari-September 2017 masing-masing tumbuh 41 persen dan 50 persen.Tidak selamanya Indonesia bisa terus bertopang pada komoditas. Untuk itu, pemerintah harus mendorong industrialisasi, baik untuk meningkatkan kinerja ekspor maupun untuk pemenuhan permintaan dalam negeri. "Terutama industri yang berbasiskan sumber daya alam lokal, seperti CPO, karet, perikanan, dan bahan-bahan tambang, perlu diolah dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Industri lain yang bisa didorong adalah industri yang memanfaatkan peluang pasar domestik yang besar, misalnya industri makanan minuman, teknologi informasi, otomotif, dan elektronik," ujarnya.Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, kinerja ekspor pada triwulan III-2017 tumbuh 17,3 persen secara tahunan dari 3,4 persen pada triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor itu terbantu oleh peningkatan volume ekspor, terutama dari China. Tahun ini kinerja ekonomi China lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Selain itu, tren positif harga komoditas seperti batubara dan CPO pada triwulan III-2017 juga turut mendukung perbaikan kinerja ekspor. "Ke depan, pemerintah perlu mengurangi ketergantungan ekspor komoditas mentah dan mendorong ekspor produk manufaktur. Pemerintah perlu segera mengeksekusi hilirisasi industri di sektor pertambangan," ujarnya.Secara terpisah, Kepala Badan Pengembangan dan Penelitian Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngakan Timur Antara menuturkan, pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas pada triwulan III-2017 sebesar 5,49 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi yang 5,06 persen."Data menyatakan, industri tumbuh walaupun di sana-sini ada beberapa subsektor yang mengalami perlambatan atau negatif, tetapi secara agregat tumbuh 5,49 persen dan berkontribusi cukup dominan terhadap PDB," kata Ngakan.Merujuk data Badan Pusat Statistik, Kemenperin mencatat, industri pengolahan nonmigas berkontribusi 17,76 persen terhadap PDB. Industri logam dasar mengalami pertumbuhan tertinggi di triwulan III-2017, yakni 10,60 persen. Disusul industri makanan dan minuman 9,46 persen, industri mesin dan perlengkapan 6,35 persen, serta industri alat angkutan 5,63 persen.Cabang industri makanan dan minuman berkontribusi terbesar terhadap pembentukan PDB sektor industri pengolahan nonmigas, yakni 34,95 persen. Kontributor terbesar berikutnya adalah industri barang logam, komputer, barang elektronika, optik dan peralatan listrik yang tumbuh 10,46 persen, serta industri alat angkutan dengan pertumbuhan 10,11 persen.Realisasi investasiInvestasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga berkontribusi signifikan sebesar 31,87 persen terhadap PDB pada triwulan II-2017. Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal Tamba Hutapea berpendapat, investasi berkembang cukup baik. Hal itu terlihat dari pertumbuhan PMTB triwulan III 2017 terhadap triwulan III 2016 sebesar 7,11 persen. Tamba menjelaskan, secara akumulatif, pada Januari-September 2017, realisasi investasi mencapai Rp 513 triliun yang terdiri dari penanaman modal asing (PMA) Rp 318,5 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 194,7 triliun. Realisasi itu mencapai 75,6 persen dari target realisasi investasi 2017 sebesar Rp 678,8 triliun.Investasi PMA cukup banyak bergerak di bidang industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronika, pertambangan, listrik, gas dan air, serta industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi. Untuk PMDN, sektor yang paling diminati investor pada triwulan III-2017 adalah listrik, gas dan air; konstruksi; perumahan, kawasan industri, dan perkantoran; industri makanan; serta transportasi, gudang, dan telekomunikasi.Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa, mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengejar target ekonomi 5,2 persen. "Kita harus berbuat lebih banyak lagi karena APBN sudah maksimum. Untuk menaikkan (pertumbuhan ekonomi) itu harus lebih banyak investasi pada ujungnya, kemudian ekspor juga harus lebih tinggi karena tinggal itu (harapannya)," kata Kalla.Menurut Wapres Kalla, salah satu upaya pemerintah menggenjot investasi adalah dengan mempercepat perundingan kerja sama perdagangan bebas dan investasi dengan 16 mitra. (HEN/CAS/FER/NTA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000