Baja Berpotensi Berkembang Pesat
JAKARTA, KOMPAS — Industri baja di Indonesia berpotensi untuk berkembang pesat karena kebutuhan baja yang besar. Saat ini konsumsi baja di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain."Konsumsi baja di Indonesia tergolong masih rendah, yakni hanya 56 kilogram per kapita. Sebagai perbandingan, konsumsi baja Vietnam mencapai 200 kilogram per kapita," ujar Senior Executive Vice President Posco yang juga menjabat Presiden Direktur PT Krakatau Posco Min Kyung-zoon, di Jakarta, Kamis (9/11).Min Kyung-zoon menyampaikan hal itu pada sesi pemaparan materi "Successful Case for Korea-Indonesia Cooperation" di acara The Indonesia-Korea Business Luncheon.Indonesia, tambah Min Kyung-zoon, masih memerlukan tambahan 20 juta ton baja mentah pada saat konsumsi meningkat menjadi 100 kg per kapita. "Saya percaya industri baja di Indonesia akan melaju pesat karena kami melihat kebutuhan yang cukup besar," katanya.Min Kyung-zoon menambahkan, Krakatau Steel dan Posco memiliki bisnis mendirikan pabrik baja terpadu dengan kapasitas produksi 3 juta ton. "Selama empat tahun kami beroperasi dan kami tahu untuk mendapatkan kesuksesan proyek ini kami membutuhkan dukungan lebih lanjut," katanya.Secara terpisah, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Krakatau Steel juga akan membangun pabrik baja lantaian dingin (cold rolling mill). "Kerja sama Krakatau Steel, Posco, dan Nippon Steel karena pengguna akhirnya banyak (dari) Jepang, termasuk dari otomotif," kata Airlangga.Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong menuturkan, rencana pembangunan pabrik baja lantaian dingin merupakan bagian dari perjalanan menuju kluster baja 10 juta ton di Cilegon, Banten. "Pemerintah Indonesia sangat mendukung jika ada kerja sama trilateral antara Korea, Jepang, dan Indonesia. Persaingan industri baja global sangat sengit dan kondisi pasar sangat berat sehingga daripada berantem lebih baik berteman, bekerja sama, dan bersinergi," katanya. (CAS)
