Pariwisata Adopsi Teknologi Digital
JAKARTA, KOMPAS — Kebiasaan memesan akomodasi bepergian melalui platform dalam jaringan mendorong industri pariwisata mengadopsi teknologi digital. Meski demikian, tren ini tetap menuntut kehadiran manusia untuk urusan pelayanan kepada konsumen.
Travelport, penyedia platform tata niaga bisnis pariwisata, dalam laporan survei bertajuk "The Global Digital Traveler 2017" menyebutkan, mayoritas wisatawan Indonesia mengandalkan informasi foto dan video di media sosial selama proses merencanakan perjalanan. Meski demikian, mereka tetap memakai jasa konsultan bepergian yang dimiliki oleh agen perjalanan.
"Sekitar 68 persen wisatawan Indonesia memesan kebutuhan perjalanan mereka melalui gawai. Perilaku ini memang didukung oleh tingginya penetrasi gawai dan pemakaian internet. Namun, 43 persen di antara mereka merasa frustrasi karena tetap harus memesan setiap elemen keperluan bepergian di layanan digital yang terpisah," ujar Managing Director Travelport Asia Pasifik Mark Meehan di sela-sela pemaparan laporan riset, Selasa (14/11), di Jakarta.
Survei bertajuk The Global Digital Traveler 2017 menyasar 11.000 turis di 19 negara yang dinilai memiliki industri pariwisata yang potensial. Wisatawan yang menjadi responden setidaknya melakukan perjalanan satu kali menggunakan pesawat pada 2016. Riset berlangsung selama Agustus 2017.
Menurut Mark, ekosistem industri pariwisata berbasis digital di Indonesia sudah termasuk siap. Dari 19 negara yang disurvei Travelport, Indonesia berada di urutan ketiga. Urutan di atasnya adalah India dan China.
Kesiapan itu bisa dilihat dari sisi konsumen. Sekitar 80 persen wisatawan Indonesia yang disurvei mengaku, dokumen digital menaiki pesawat dan tiket elektronik memudahkan perjalanan. Sekitar 64 persen responden yang pernah melakukan perjalanan bisnis mengatakan menghargai layanan tamu di gawai.
"Pemerintah Indonesia mendukung pemakaian teknologi digital untuk industri pariwisata. Masyarakat juga sudah banyak yang terbiasa bertransaksi daring walaupun ada beberapa masalah seputar sistem di aplikasi wisata. Mereka tetap memerlukan konsultan perjalanan, terutama saat merencanakan bepergian," kata Mark.
President Direktur PT Galileo Indonesia Perdana, bagian dari Travelport, Raymond Setokusumo, mengemukakan, industri pariwisata Indonesia termasuk paling awal menerapkan pola transaksi daring. Ini ditandai dengan metode pembayaran elektronik yang dijalankan oleh pihak hotel atau maskapai penerbangan.
Agen perjalanan
Belakangan, adopsi digital semakin pesat, ditandai munculnya agen perjalanan daring. Namun, masyarakat tetap mencari jasa konsultan perjalanan untuk memudahkan memenuhi kebutuhan bepergian.
Di tempat terpisah, Menteri Pariwisata Arief Yahya melakukan sinergi Co-Branding Wonderful Indonesia dengan menandatangani nota kesepahaman dengan 21 brand artis entrepreneur dan perjanjian kerja sama dengan 19 brand korporat.
"Pelaksanaan Co-Branding Wonderful Indonesia ini dilakukan untuk meningkatkan brand equity Wonderful Indonesia di pasar global dan brand Pesona Indonesia (PI) di pasar domestik dalam menopang terwujudnya sektor pariwisata sebagai ekonomi utama," kata Arief.
Sementara itu, CEO Whitesky Aviation Denon Prawiraatmadja mengatakan, kerja sama tersebut akan mempromosikan kedua belah pihak. "Kemenpar akan mempromosikan produk kami di dalam kampanyenya. Sementara kami akan mempromosikan Pesona Indonesia di helikopter kami," kata Denon yang menyediakan transportasi helikopter perkotaan dan melayani destinasi pariwisata. (MED/ARN)