logo Kompas.id
EkonomiPemain Besar Cenderung Padat...
Iklan

Pemain Besar Cenderung Padat Teknologi

Oleh
· 2 menit baca

Jakarta, KompasProyek infrastruktur di Indonesia cenderung dikuasai pemain infrastruktur berskala besar sehingga pengerjaan proyek lebih padat teknologi. Akibatnya, penyerapan tenaga kerja dalam proyek infrastruktur tersebut menjadi lebih sedikit. Mengutip data Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapensi) pada 2017, pangsa pasar proyek infrastruktur yang dikuasai pemain skala besar sekitar 87 persen. Adapun kontraktor lokal dan kecil-kecil menguasai 13 persen proyek."Penguasaan pasar konstruksi oleh pemain skala besar itu meningkat dibandingkan dengan 2015. Tahun itu kontraktor besar menguasai 85 persen pasar konstruksi," kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara, di Jakarta, Senin (20/11). Selain itu, lanjut Bhima, melalui teknologi, biaya operasional proyek dapat lebih efisien. Ia mencontohkan beton pracetak yang dicetak di tempat lain kemudian dipasang di lokasi proyek yang semuanya menggunakan teknologi. Bhima menyarankan perlu pembagian kontraktor berdasarkan nilai proyek, khususnya di daerah. Proyek dengan nilai di bawah angka tertentu diserahkan ke kontraktor lokal skala menengah kecil. Adapun proyek yang risikonya besar dan tingkat pengerjaannya sulit bisa diambil perusahaan BUMN."Bagi kontraktor yang menyerap tenaga kerja lebih besar harus ada insentif fiskal atau nonfiskal sebagai kompensasi pengeluaran biaya tenaga kerja," ujarnya. Berdasarkan catatan Kompas, pada 2004, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 450.000 tenaga kerja. Namun, sejak 2012, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi hanya mampu menyerap kurang dari 200.000 tenaga kerja.Sebelumnya, Kepala Kajian Makro Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Febrio Kacaribu menuturkan, dalam tiga tahun terakhir investasi pemerintah di bidang infrastruktur memang besar, tetapi masih jauh dari target."Masalah yang utama karena pemerintah belum mampu atau belum cukup bisa melibatkan pihak swasta," kata Febrio di Jakarta, pekan lalu. Banyak proyek infrastruktur seperti jalan tol dan pelabuhan yang dikerjakan perusahaan BUMN. "Sepanjang kita belum bisa menarik investor-yang bukan pemerintah atau BUMN-membangun infrastruktur, kita belum berhasil dan susah untuk mengejar target Rp 5.000 triliun yang dicanangkan itu," katanya. Dari hasil evaluasi tim Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap perekonomian Indonesia tahun ini, Indonesia akan tumbuh positif dari 5,1 persen di 2017 ke 5,3 persen di 2018 (Kompas, 15/11). Kepala Misi IMF untuk Indonesia Luis E Breuer menyebutkan, perlu faktor kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yakni menjaga stabilitas ekonomi. Faktor kunci berikutnya adalah terus mendorong reformasi di sejumlah area krusial, yakni infrastruktur, sistem perpajakan, harmonisasi peraturan di seluruh level pemerintahan, dan modernisasi skema peraturan. (HEN/CAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000