logo Kompas.id
EkonomiBudidaya Tuna Butuh Langkah...
Iklan

Budidaya Tuna Butuh Langkah Komprehensif

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Stok tuna dunia yang terus menurun mendorong sejumlah negara mengembangkan budidaya tuna. Sejak 2016, Indonesia memproduksi benih tuna dan berencana mengembangkan budidaya tuna di laut lepas.Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), delapan jenis ikan tuna telah mengalami penangkapan berlebih, yakni tuna sirip biru atlantik, tuna sirip biru selatan, tuna mata besar, tuna sirip kuning, albacore, tuna ekor panjang, dan tuna ekor hitam. Budidaya tuna dinilai menjadi solusi mengatasi tren penurunan tangkapan tuna. Dalam satu dekade terakhir, sejumlah negara gencar mengembangkan teknik budidaya ikan tuna, antara lain Australia, Jepang, Meksiko, Spanyol, Maroko, Portugis, Kroasia, Turki, dan Indonesia. Tahun 2015, Indonesia menjadi negara pertama yang melakukan budidaya ikan tuna dari tahap pemijahan untuk jenis tuna sirip kuning.Menurut Kepala Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali Bambang Susanto, di Jakarta, Selasa (21/11), produksi benih tuna sirip kuning 1.000-2.000 ekor dengan ukuran 3-4 cm per siklus. Satu siklus berkisar 1-1,5 bulan. Ia mengakui, tingkat kematian ikan tuna masih tinggi, antara lain karena ikan menabrak dinding dan sifat kanibal ikan. "Masih perlu ada perbaikan teknologi karena benih tuna masih bersifat kanibal. Pendederan juga masih lemah, perlu ada inovasi teknologi," kata Bambang. Selain pembenihan, balai itu juga melakukan pembesaran ikan tuna tangkapan alam yang dipelihara dalam keramba jaring apung (KJA). Tahun 2013, sekitar 100 tuna berukuran 300-700 gram dimasukkan ke KJA dan dalam kurun empat tahun bobot tuna mencapai 60-80 kg. "Targetnya adalah mempersiapkan indukan tuna untuk perbenihan," ujarnya.Pengembangan budidaya tuna membutuhkan beberapa tahapan. Untuk itu, diperlukan dukungan riset lanjutan agar benih tuna bisa dikembangkan hingga ke lepas pantai. Di Jepang, riset tuna sirip kuning dimulai sejak 1970, sedangkan Amerika Serikat memulainya sejak 1993. "Ke depan, target kami mengembangkan tuna lepas pantai," katanya. Tuna lepas pantai memiliki keunggulan, antara lain, lingkungan perairan lebih bersih, polusi bisa ditekan, dan kualitas air lebih bagus. Inovasi pakan Menurut Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria, yang juga Rektor Terpilih IPB periode 2017-2022, budidaya tuna perlu diimbangi inovasi pakan. Saat ini masih ada ketergantungan bahan pakan tuna dari ikan layang dan cumi. Padahal, komoditas itu juga dikonsumsi manusia."Tuna sudah bisa dibudidayakan, tetapi masalahnya adalah pakan. Pakan tuna berasal dari laut sehingga dapat memicu overfishing (penangkapan ikan berlebih). Untuk itu, perlu inovasi pakan tuna," kata Arif.Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Rifky Effendi Hardijanto mengatakan, pembudidayaan tuna sejauh ini belum sampai ke tahap komersial. Namun, budidaya tuna merupakan tahapan baru dalam ketersediaan pangan. Di sisi lain, tuna di dunia sudah ditangkap berlebihan. Untuk itu, diperlukan payung kebijakan yang mendukung tata kelola tuna ke depan. "Diperlukan pembahasan soal tuna secara komperehensif, mulai dari penangkapan, budidaya ikan, hingga pemasaran," katanya.Berdasarkan data Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin), ekspor tuna segar Indonesia berkontribusi 3,2 persen dari total ekspor tuna segar global atau peringkat ke-9 dunia. (LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000