Indonesia Jajaki Pasar Malaysia
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pertanian menjajaki ekspor ayam dan itik lokal ke Malaysia. Selain volume produksi mencukupi, sebagian produksi ayam dan itik lokal Indonesia juga dinilai telah memenuhi syarat, yakni prinsip pembibitan yang baik dan sertifikat bebas flu burung.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, di Jakarta, Selasa (21/11), menyatakan, selain ayam lokal dan itik lokal, Malaysia juga meminati daging sapi wagyu dan daging sapi kualitas premium.
Penjajakan kerja sama perdagangan itu mengemuka dalam pertemuan Ketut dengan Deputi Direktur Jenderal Kesehatan Veteriner Kementerian Pertanian dan Industri Berbasis Agro Malaysia Quaza Nizamuddin di sela-sela Konferensi Ke-30 Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) Wilayah Asia Timur Jauh dan Oceania di Putrajaya, Malaysia, Senin (20/11).
Pada tahap awal, tim dari Malaysia akan datang ke Indonesia untuk meninjau sarana peternakan ayam dan itik lokal. Mereka akan memastikan produksi ayam dan itik umur sehari menerapkan prinsip pembibitan yang baik.
Hal lain yang dipersyaratkan agar unggas bisa masuk ke pasar Malaysia adalah memenuhi standar internasional untuk kesehatan hewan berupa sertifikat kompartemen bebas avian influenza (AI) sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia.
Menurut Ketut, pemerintah telah mengeluarkan tiga sertifikat kompartemen bebas AI untuk produk unggas lokal, yakni untuk dua perusahaan pembibit ayam lokal dan satu perusahaan pembibit itik lokal. Saat ini masing-masing perusahaan masih menghitung volume dan jenis ekspornya. Namun, berdasarkan pembicaraan antarpengusaha sebelumnya, Malaysia membutuhkan sedikitnya 30.000 ayam lokal umur sehari (day old chicken/DOC) per bulan dan 10.000 itik lokal umur sehari (day old duck/DOD) per bulan untuk jenis bebek petelur.
Cukup
Pengembangan ayam dan itik lokal Indonesia dinilai potensial. Apalagi, Indonesia adalah satu dari tiga wilayah yang dinyatakan sebagai pusat domestikasi ayam di dunia, selain Lembah Hindus di India dan Sungai Kuning di China. Ayam domestikasi (penjinakan dari ayam liar) Indonesia berasal dari satu nenek moyang, yaitu ayam hutan merah (Gallus gallus).
Namun, pola usaha ayam lokal umumnya masih tradisional. Pemasarannya pun terhambat. Oleh karena itu, kata Ketut, pihaknya terus berupaya memperkuat sertifikasi kompartemen AI agar bisa bersaing di pasar internasional, khususnya Jepang dan ASEAN.
Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnain menambahkan, permintaan yang dijajaki itu sebenarnya relatif kecil. Sebab, produksi dari dua perusahaan pembibit ayam lokal saja telah mencapai 900.000 DOC per bulan. Adapun satu pembibit itik lokal bisa mencapai 1 juta DOD per bulan.
"Permintaan tahap pertama memang kecil, tetapi bagi Himpuli, ekspor tersebut strategis untuk memacu motivasi peternak bahwa komoditas ternak asli Indonesia bisa tembus ke pasar global. Selain Malaysia, kami juga tengah menjajaki ekspor ayam lokal olahan ke Singapura," ujarnya.
Ekspor bibit ayam lokal dan itik lokal ke Malaysia diharapkan terealisasi setidaknya pada triwulan I-2018. Menurut Ade, selain daging ayam kampung ke Singapura, pihaknya membidik pasar Timor Leste.
Tahun ini produksi ayam kampung nasional diperkirakan mencapai 300 juta ekor. Dari jumlah itu, 210 juta ekor merupakan produksi ayam oleh masyarakat dan 90 juta ekor oleh perusahaan peternakan. Angka itu naik sekitar 7 persen dibandingkan dengan produksi tahun lalu.
Upaya ekspor unggas dinilai penting untuk mengurai problem harga di tingkat peternak. Setahun terakhir, peternak berulang rugi karena harga daging dan telur ayam turun hingga di bawah ongkos produksi. Pemerintah berupaya mengurangi populasi agar produksi dan kebutuhan seimbang. Namun, upaya itu belum signifikan mengangkat harga di tingkat peternak.
Rencana ekspor juga dinilai positif untuk memacu industri peternakan dalam negeri. Terakhir, Majelis Panel Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menolak banding Indonesia atas gugatan Selandia Baru dan Amerika Serikat terkait pembatasan impor produk pangan dan produk peternakan, Kamis (9/11). Sejumlah pihak khawatir ternak atau produk ternak impor membanjiri pasar dalam negeri. (MKN)