logo Kompas.id
EkonomiTren Ekonomi Dihadang Politik
Iklan

Tren Ekonomi Dihadang Politik

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Tren positif perekonomian dihadang ketidakpastian tahun politik. Hal itu merupakan dilema bagi dunia usaha. Pada satu sisi, tren ekonomi yang positif merupakan kesempatan berinvestasi. Namun, ketidakpastian politik berpotensi mendorong sikap sebaliknya. Demikian benang merah dari pidato, diskusi, dan polling yang digelar Asian Insight Conference 2017, di Jakarta, Selasa (21/11). Acara yang digelar Bank DBS itu dimaksudkan untuk melihat peluang dan tantangan di 2018. Tahun 2018 disebut sebagai tahun politik. Pada tahun itu, pemilihan kepala daerah akan diselenggarakan di 171 daerah yang meliputi 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Persiapan tahapan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden-wakil presiden juga akan dimulai tahun depan. Pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dijadwalkan pada 4-10 Agustus 2018. Salah satu jajak pendapat dalam kesempatan itu menanyakan tentang opini undangan terhadap situasi politik nasional tahun depan yang diwarnai pilkada dan tahapan awal tahapan pemilu 2019. Hasilnya, 56,9 persen menyatakan cemas, 23,7 persen menyatakan optimistis, dan 19,4 persen menyatakan biasa saja. Jajak pendapat diikuti oleh sekitar 500 undangan nasabah korporasi dan nasabah prioritas DBS. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menyatakan, pemerintah memahami bahwa tensi politik akan meningkat pada 2018. Oleh karena itu, pemerintah mendesain APBN 2018 sekredibel mungkin agar tidak menjadi sumber ketidakpastian. Konservatif Untuk itu, APBN 2018 bersifat konservatif. Konsekuensinya, stimulus APBN terhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih terbatas. Namun, diharapkan konsumsi, investasi, dan ekspor-impor akan tumbuh lebih baik. Dalam diskusi panel, Chatib Basri, Menteri Keuangan periode 2013-2014, menyatakan optimistis melihat perekonomian 2018. Pertimbangannya antara lain harga komoditas yang mulai naik tahun ini akan berlanjut di tahun depan. Efeknya antara lain berupa peningkatan penerimaan pajak dan ekspor. Sebab, sekitar 60 persen sumbangan terhadap dua area itu terkait komoditas. Konsumsi rumah tangga juga ia perkirakan akan naik. Alasannya, kenaikan harga komoditas yang terjadi pada tahun ini akan terefleksi pada peningkatan konsumsi rumah tangga pada 2018. Secara terpisah, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, konsumsi masyarakat menengah ke atas diharapkan meningkat seiring perbaikan intermediasi perbankan. Hal itu sejalan dengan berlanjutnya dampak penurunan suku bunga acuan dan pelonggaran kebijakan makroprudensial di samping kemajuan konsolidasi perbankan dan korporasi. Optimisme terhadap tren pertumbuhan ekonomi Indonesia disampaikan juga oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo Chaves kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa. "Tadi kami katakan kepada Presiden bahwa kami sangat optimistis akan stabilitas fiskal dan kerangka ekonomi makro yang kami anggap sangat tepat," kata Chaves. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus menunjukkan tren positif. Tahun depan diperkirakan bisa tumbuh 5,3 persen. Sementara itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyatakan, meningkatnya tensi politik selalu terjadi pada setiap tahun politik. Namun, terbukti situasi tetap kondusif. "Sebenarnya politik kita tidak sekejam yang digambarkan di media-media selama ini. Di Indonesia, pemilihan umum terbukti berlangsung aman," kata Burhanuddin. (LAS/HEN/NTA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000