2020, Indonesia Jadi Tiga Besar Produsen Jagung Dunia
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS – Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia menjadi tiga besar produsen jagung dunia. Saat ini, posisi Indonesia berada pada urutan ketujuh penghasil jagung terbesar dunia.
Ambisi tersebut diungkapkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat mengikuti acara syukur panen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Desa Karanglayung, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Kamis (23/11). Turut hadir Ketua Umum HKTI Moeldoko, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Bupati Indramayu Anna Sophanah dan ratusan petani.
Mengutip data Organisasi Pangan Dunia (FAO), Amran memaparkan, produksi jagung di Indonesia saat ini mencapai 1,1 miliar bushels per tahun. Satu bushels setara dengan 25,4 kilogram (kg). “Saat ini, Indonesia urutan ketujuh produsen dunia. Tahun 2014, Indonesia urutan kesembilan. Kami yakin, dua atau tiga tahun ke depan (2020), Indonesia masuk tiga besar dunia sebagai penghasil jagung terbesar,” ungkap Amran.
Sebagai informasi, Indonesia kini berada di bawah Ukraina, Argentina, Lowa, Brazil, China, dan Amerika Serikat. Sementara India dan Meksiko berada di bawah Indonesia dengan produksi sekitar 900 juta bushels. Produksi Brazil sebagai peringkat ketiga produsen jagung dunia ialah 3,14 miliar bushels. Adapun produksi AS mencapai 14 miliar bushels.
Amran mengklaim, pihaknya tidak lagi membutuhkan impor karena produksi jagung telah melimpah. “Sebelumnya, setiap tahun kita impor sekitar 3 juta ton jagung atau setara dengan Rp 12 triliun. Bisa dibayangkan keuntungan kita tidak impor,” ujarnya.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut Amran, pihaknya telah mengalokasikan Rp 2,4 triliun pada 2017 dan Rp 2,7 triliun tahun depan untuk menyediakan bibit unggul dan sarana pertanian lainnya, seperti pupuk. Bibit yang disediakan untuk aneka komoditas pangan, termasuk jagung.
Amran juga berkomitmen menjaga harga jagung di tingkat petani tetap Rp 3.100 per kilogram. Selama ini, saat panen merata, harga jagung hanya Rp 1.500 di tingkat petani. Jagung antara lain dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Meski demikian, klaim produksi jagung yang tinggi dari pemerintah dipertanyakan sejumlah pihak. Para peternak unggas dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten, misalnya, harus ke Istana Negara, kantor Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertanian untuk berunjuk rasa pada 30 Maret 2017 untuk mempertanyakan produksi jagung. Mereka kembali datang ke kantor Kementerian Pertanian dan Perum Bulog di Jakarta, 14 Juni 2017 untuk memastikan stok dan keberadaan jagung.
Hal ini seharusnya tidak terjadi jika angka produksi jagung sebesar 19 juta ton tahun 2014, lalu 19,6 juta ton tahun 2015, dan 23,1 juta ton tahun 2016 benar adanya. Jika sesuai data itu, tahun 2015 semestinya ada surplus 1,6 juta ton sebab kebutuhan pakan ternak, industri, konsumsi langsung, termasuk bibit dan potensi tercecer, total hanya 17,9 juta ton. Nyatanya, Indonesia impor jagung 3,5 juta ton tahun 2015. (Kompas, 27/9).
Ketika berpidato, Amran menyampaikan tawarannya kepada Bupati Indramayu Anna Sophanah untuk ikut memproduksi jagung dalam skala besar. “Bibitnya nanti saya berikan, gratis. Tetapi, kalau tidak berhasil, anggaran untuk Indramayu saya cabut,” ujar Amran.