logo Kompas.id
EkonomiKita "Juara" Dua!
Iklan

Kita "Juara" Dua!

Oleh
· 3 menit baca

Tanpa banyak diketahui publik dalam negeri, Indonesia mendapat predikat sebagai pembuang sampah makanan nomor dua terbesar di dunia, tahun lalu. Kini saatnya kita memikirkan cara menangani sampah makanan ini karena jumlah makanan yang terbuang itu sebenarnya bisa mengurangi masalah gizi di berbagai tempat. Apa yang bisa dilakukan?Beberapa waktu yang lalu, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) membeberkan data tentang sampah makanan. Lembaga ini memperkirakan, sepertiga dari makanan yang dikonsumsi manusia terbuang percuma. Tahun lalu, Economist Intelligence Unit, lembaga riset milik majalah The Economist menyebutkan, Indonesia merupakan negara pembuang sampah makanan nomor dua terbesar di dunia, setelah Arab Saudi.Satu orang Indonesia diperkirakan membuang makanan sebanyak 300 kilogram (kg) dalam setahun. Kita mungkin tidak yakin dengan angka itu. Kita bisa memperdebatkan angka ini. Anggap saja makanan yang kita buang seperenam dari itu misalnya, 50 kg per orang. Silakan dikalikan dengan jumlah penduduk, bukankah tetap besar? Jadi, berapa pun kita memperkirakan jumlah sampah makanan, jumlah itu tetap tergolong besar.Besarnya jumlah sampah makanan itu seharusnya membuat kita berpikir keras. Mari kita kontraskan dengan angka penduduk yang memiliki masalah gizi di Tanah Air. Data terakhir menunjukkan, jumlah warga yang mengalami masalah gizi sebesar 7,6 persen dari 250 juta penduduk. Bukankah masalah gizi itu bisa seharusnya bisa kita tangani seandainya kita tak membuang makanan sebanyak itu?Sebaiknya kita tak berdebat soal angka. Energi besar kita sebaiknya diarahkan lebih untuk mencari solusi. Dari berbagai diskusi, beberapa kalangan masih saja menyalahkan pemerintah karena tak menangani sampah. Mereka berharap pemerintah berperan besar untuk menangani masalah seperti ini. Pola pikir ini mungkin masih terjangkiti masa lalu saat peran pemerintah terlalu besar sehingga semua diserahkan ke pemerintah.Kita tak harus memasrahkan semuanya ke pemerintah. Jika anda sempat melihat sebuah video yang viral di berbagai media sosial dengan judul "A Blessing to Share", kita bisa melihat salah satu upaya sekelompok orang untuk menangani masalah sampah makanan. Video yang merupakan kampanye program yang dibuat oleh Bridestory, sebuah perusahaan direktori pernikahan, dan Yayasan Food Cycle, ini mengisahkan perayaan pernikahan yang kerap menyisakan makanan berlimpah.Kampanye ini memberi jalan keluar agar makanan tersisa dari perayaan itu tak terbuang. Sebaliknya, bisa dibagi untuk sesama. Makanan itu akan dikirim ke Food Bank of Indonesia menggunakan layanan Go-Send dan Go-Box. Di tempat itu makanan diteliti keamanan dan kelayakannya, dibagi dalam porsi-porsi, lalu disalurkan ke keluarga yang membutuhkan.Ada juga perusahaan yang sudah mulai berinvestasi untuk mengolah limbah makanan di Indonesia. Mereka mengaku memiliki teknologi untuk mengolah limbah makanan jadi energi. Teknologi pengolahan ini disebutkan bisa mengolah limbah makanan bernilai sekitar 200 juta hingga 600 juta dollar AS.Dari sisi gaya hidup, kita masih perlu diingatkan agar menghabiskan makanan setiap kali makan. Tentu, saat mengambil makanan, sebaiknya sesuai porsi kita. Masalah lain, ada kebanggaan ketika seseorang berfoto dengan makanan yang melimpah meski belum tentu semua dikonsumsi. Di luar masalah itu, infrastruktur dari rantai pasok makanan kita memang belum memadai. Sejak bahan pangan dipanen hingga ke tangan konsumen, banyak yang terbuang karena rusak di perjalanan. Masalah itu bisa sedikit diatasi jika ada kapasitas ruang pendingin memadai. Sayangnya, baru ada 200.000 ton kapasitas ruang berpendingin makanan dari kebutuhan sekitar 1,7 juta ton. (ANDREAS MARYOTO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000