logo Kompas.id
EkonomiFase Pertumbuhan Cepat Sudah...
Iklan

Fase Pertumbuhan Cepat Sudah Terlampaui

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Fase pertumbuhan cepat industri telekomunikasi diperkirakan sudah terlampaui. Indikasinya mencakup beberapa hal, antara lain jumlah kartu nomor layanan seluler melebihi jumlah penduduk, rerata pendapatan per pengguna yang rendah, dan laba operator tumbuh melambat. Kepala Ekonom PT Danareksa (Persero) Kahlil Rowter yang dihubungi, Minggu (26/11), di Jakarta, mengungkapkan, lima tahun terakhir, industri telekomunikasi tumbuh rata-rata 10 persen. Pertumbuhan itu ada di atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional. Pada tahun-tahun mendatang, pertumbuhan industri yang relatif tinggi atau di atas rata-rata PDB nasional masih bisa diraih. Namun, itu bergantung pada aktivitas konsumsi data internet."Pertumbuhan industri telekomunikasi terutama ditopang peningkatan akses layanan digital melalui gawai, seperti angkutan umum berbasis aplikasi dan e-dagang. Faktor lain yang berkontribusi adalah migrasi pemakaian telepon seluler biasa ke gawai, tetapi ini pun prosesnya tidak cepat," ujar Kahlil.Sejumlah operator telekomunikasi mencoba mengembangkan sendiri produk digital, misalnya toko daring dan aplikasi. Namun, tidak semua produk itu berkembang dengan bagus. Salah satu penyebabnya adalah operator kurang fokus mengelola. Kahlil beranggapan, pemerintah memiliki peran penting menjaga kelangsungan industri telekomunikasi. Pemerintah bisa mulai menyiapkan kebijakan dengan implementasi bertahap. Topiknya meliputi standar layanan, produk, dan regulasi untuk menghadapi perubahan tren teknologi. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan, industri telekomunikasi seluler pada tahun 2018 diproyeksikan tumbuh 7-8 persen. Itu dinilai lebih bagus dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. "Industri telekomunikasi seluler akan dapat tumbuh lebih tinggi jadi terjadi konsolidasi antar-operator. Konsolidasi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari jika industri ingin lebih efisien, pembangunan infrastruktur lebih cepat, dan layanan lebih baik," kata Rudiantara.Pengiriman gawaiBerdasarkan data riset International Data Corporation (IDC) Indonesia pada triwulan III-2017, jumlah pengiriman gawai di Indonesia mencapai 7,2 juta unit, turun 8,6 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Associate Market Analyst IDC Indonesia Risky Febrian mengatakan, kondisi itu lumrah. Pola yang biasa terjadi adalah puncak pengiriman berlangsung pada triwulan II dan IV. Pada triwulan II terdapat perayaan Lebaran, sedangkan pada triwulan IV ada Natal. IDC Indonesia juga melihat pengeluaran konsumen. Faktor ini diduga berpengaruh terhadap penurunan pengiriman gawai pada triwulan III-2017. "Sebelum triwulan II, banyak produsen gawai optimistis dan yakin akan menerima keuntungan besar dari ramainya pengiriman saat Ramadhan dan Lebaran. Namu, ternyata tidak demikian sehingga mereka mengerem pengiriman pada triwulan III untuk menjaga inventaris barang," kata Risky. Dia mengemukakan, riset IDC Indonesia menemukan konsumen tetap memilih gawai segmen bawah atau dengan harga Rp 1,4 juta-Rp 2,7 juta. Segmen ini mendominasi pasar dengan persentase 47 persen. Namun, konsumen tidak segan-segan melirik gawai segmen menengah dengan harga Rp 2,7 juta-Rp 5,4 juta. Menurut hasil riset IDC Indonesia, pangsa pasar segmen itu mencapai 32 persen pada triwulan III-2017. (MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000