Sektor Ritel Perlu Adaptasi Bisnis
JAKARTA, KOMPAS — Para pelaku usaha ritel perlu terus beradaptasi dengan setiap perubahan dalam bisnis ritel, baik di tingkat global maupun domestik. Perubahan perilaku konsumen dalam era teknologi digital dinilai dapat mengubah pola atau cara berbisnis ritel.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara pameran Modern Ritel Expo yang berlangsung pada 28-30 November 2017 dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) di Jakarta, Selasa (28/11).
Menurut Sri Mulyani, dari populasi penduduk 260 juta orang, penduduk berusia muda atau kurang dari 40 tahun lebih dari 50 persen. Generasi anak muda, termasuk generasi milenial, memiliki ciri-ciri kreatif, percaya diri, dan terbiasa dengan berbagai aplikasi digital. "Cara mereka, termasuk cara belanja, sangat bergantung pada instrumen aplikasi," kata Sri Mulyani.
Fenomena konsumsi di Indonesia, termasuk di dunia, juga terus berubah. "Anda perlu melihat perubahan ini dan menggunakan sumber daya yang ada dengan tepat," katanya.
Dalam era ekonomi digital, lanjut Sri Mulyani, pola bisnis berubah. Misalnya, terjadi peningkatan sewa pergudangan dan jasa kurir. Hal itu terlihat dari penerimaan pajak. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari perusahaan jasa kurir tumbuh 24 persen dan Pajak Penghasilan (PPh final) dari usaha kecil dan menengah untuk jasa kurir tumbuh 33 persen.
Dari sewa gudang, penerimaan PPN sewa pergudangan tumbuh 16 persen dan PPh Pasal 33 untuk sewa pergudangan naik 23 persen. "Kalau ada peningkatan pajak, tentu bisnisnya tumbuh," kata Sri Mulyani.
Dengan fenomena ekonomi digital, pemerintah ingin membuat perlakuan yang sama. Jika bisnis konvensional dikenai pajak, bisnis daring atau digital pun dikenai pajak.
Pemerintah berusaha menjaga daya beli masyarakat dengan mengalokasikan anggaran Rp 60 triliun dana desa. Ini dilakukan agar perekonomian desa bergerak dan daya beli masyarakat meningkat.
Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah optimistis dengan bisnis ritel secara langsung dengan adanya dukungan pemerintah dan pemasok. Misalnya, program pemerintah menggerakkan sektor pariwisata. Wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik menjadi pasar dalam bisnis ritel dan kuliner.
Kantor cabang
Dalam diskusi majalah Infobank bertema "How leadership Accelerates Transformation in Banking", Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan, jumlah transaksi menggunakan teknologi digital memang meningkat. Jumlah transaksi di kantor cabang BCA rata-rata 13 juta transaksi per bulan, ATM 157 juta transaksi, internet banking 165 juta transaksi, dan mobile banking 91 juta transaksi per bulan.
Namun, menurut Jahja, nilai transaksi di kantor cabang masih lebih besar dibandingkan nilai transaksi di ATM, internet banking, dan mobile banking. (FER)