Kualitas Layanan Ditingkatkan
JAKARTA, KOMPAS — Kesadaran bertransformasi di berbagai sektor muncul di tengah perkembangan industri digital. Kesadaran ini ditandai dengan upaya mengadopsi teknologi informasi komunikasi untuk meningkatkan kualitas kinerja dan layanan kepada konsumen.
Di sektor telekomunikasi seluler, operator berlomba-lomba menyediakan layanan internet cepat yang disertai berbagai solusi digital, baik bagi segmen korporasi maupun konsumer.
Vice President Corporate Planning PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Andi Kristianto di sela-sela Asia Corporate Innovation Summit 2017, Rabu (29/11), di Jakarta, mengatakan, setiap inovasi yang akan dikeluarkan operator selalu mengikuti permintaan pelanggan. Permintaan itu adalah kecepatan akses jaringan, kecepatan latensi atau respons pengantaran data internet, serta pemakaian daya dan sensor yang tahan lama.
Pengelolaan infrastruktur jaringan tetap menjadi salah satu bisnis operator. Bisnis ini juga akan tetap dilakukan Telkomsel.
Di sisi lain, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk ini masuk ke berbagai solusi digital, salah satunya Telkomsel Cash (TCash). TCash adalah dompet elektronik yang dikembangkan sejak beberapa tahun lalu untuk mengikuti tren perilaku bertransaksi nontunai.
Saat ini Telkomsel memiliki sekitar 190 juta pelanggan, 700.000 mitra ritel, 152.000 pemancar, dan layanan komersial di 515 kabupaten/kota.
"Tiga fokus kerja operator sekarang adalah mobile, personal, dan digital. Ketiga sasaran ini dirasa relevan dengan gaya hidup masyarakat Indonesia yang selalu mengedepankan aktivitas di perangkat bergerak dan selalu ingin terkoneksi internet," ujar Andi.
Secara terpisah, Paul Michio McCarthy, Director of Sales AppsFlyer Asia Pasifik, penyedia solusi pemantauan efektivitas dan analisis pemasaran digital melalui platform bergerak, mengemukakan, sekitar dua tahun terakhir, pemilik merek konvensional di Indonesia mulai aktif menggunakan platform bergerak untuk berjualan dan beriklan. Kegiatan seperti ini sudah banyak dilakukan perusahaan rintisan dan perusahaan skala besar di bidang teknologi.
Faktor yang memengaruhi hal itu adalah penetrasi penggunaan ponsel pintar yang cukup besar. Masyarakat Indonesia cenderung lebih nyaman memanfaatkan perangkat tersebut untuk menunjang kegiatan sehari-hari, mulai dari berkomunikasi sampai bertransaksi.
"Di tingkat internasional, perbincangan mengenai masa depan pemasaran melalui platform bergerak sudah berlangsung sejak 2007. Belanja pemasaran melalui platform bergerak sudah mencapai sekitar 99,3 miliar dollar AS, sedangkan melalui komputer meja sekitar 97,43 miliar dollar AS. Pergeseran seperti ini akan berlanjut," kata Paul.
Di sejumlah negara Asia, seperti India, Vietnam, dan Indonesia, mulai marak dalam beberapa tahun terakhir. Model pemasaran digital di tiga negara itu diuntungkan penetrasi pengguna ponsel pintar.
Pengiriman barang
Adopsi teknologi informasi komunikasi juga berlangsung di sektor jasa kurir dan logistik. Wujudnya dengan memanfaatkan perangkat lunak manajemen pengiriman barang.
Dhruvil Sanghvi, CEO LogiNext, perusahaan optimasi logistik, dalam sambungan telepon jarak jauh, menceritakan, pihaknya telah bermitra dengan sejumlah perusahaan Indonesia dari berbagai sektor industri. Kemitraan itu, antara lain, dengan jasa kurir, e-dagang, dan produsen barang konsumen yang cepat digunakan, seperti Tokopedia, Lion Parcel, dan P&G.
"Berbelanja melalui platform e-dagang semakin menjadi gaya hidup. Setiap hari, sebuah toko dalam jaringan bisa menerima ratusan ribu pesanan. Konsumen selalu menuntut pesanannya tiba tepat waktu," ujar Dhruvil.
Lebih lanjut Dhuvril mengatakan, otomatisasi pengelolaan gudang dan manajemen pengantaran barang belum akan terjadi di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Sebab, pembangunan infrastrukturnya belum merata. (MED)