Untuk mendorong akses masyarakat terhadap layanan keuangan, ada wacana menyinergikan program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) dan Layanan Keuangan Digital (LKD).
Menurut Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Eko Ariantoro di sela-sela diskusi ”Pengembangan Model Bisnis Agen Bank yang Berkelanjutan”, Selasa (5/12), di Jakarta, wacana ini siap direalisasikan pada 2018.
Program Laku Pandai di bawah tanggung jawab OJK, sedangkan LKD oleh Bank Indonesia (BI). Produk yang disediakan agen Laku Pandai di antaranya tabungan, kredit atau pembiayaan untuk nasabah mikro, dan asuransi mikro. Adapun LKD adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan terbatas lain yang dilakukan menggunakan sarana teknologi dan jasa pihak ketiga.
”Selama ini masyarakat masih ada yang belum mengetahui program Laku Pandai atau LKD. Apabila sinergi terlaksana, kami berharap namanya cukup agen bank,” ujar Eko.
Menurut Eko, praktik kerja sama Laku Pandai dan LKD sudah terjadi. Ia mencontohkan, agen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yakni BRILink, menyediakan produk yang diperbolehkan dalam program Laku Pandai sekaligus LKD, seperti T-Bank.
Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Andi ZA Dulung mengatakan, penyaluran bantuan pemerintah melalui platform teknologi finansial berdampak positif. Dampak positif itu di antaranya transparansi terjaga, pendistribusian lebih tepat sasaran, dan pelaksanaannya mudah dikendalikan.
Kepala Divisi Jaringan Mikro BRI, Bakri, mengatakan, ada 216.755 agen BRILink yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Sejumlah agen tidak lagi menggunakan mesin penangkap data elektronik (EDC) untuk melayani nasabah. Sebagai gantinya, mereka menggunakan solusi teknologi berbasis sistem operasi Android yang disediakan bank.
Uang elektronik
Layanan teknologi finansial berbasis uang elektronik dari Telkomsel, T-Cash, mendorong pertumbuhan keuangan inklusif. Layanan ini memberikan akses bagi masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan dan menjadi sarana penyaluran bantuan sosial nontunai.
Tahun depan, T-Cash bekerja sama dengan sejumlah bank dan koperasi untuk menyalurkan kredit komersial dan kredit ultramikro. Kredit itu ditujukan bagi masyarakat kecil dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
CEO T-Cash Danu Wicaksana dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin, mengatakan, tahun ini ada 10 juta pengguna T-Cash. Dari jumlah itu, sebanyak 4 juta orang di antaranya merupakan pengguna dari kalangan mikro atau masyarakat kecil.
T-Cash yang bekerja sama dengan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, membuka rekening baru bagi 2 juta pengguna yang belum terlayani perbankan. Akun rekening itu terkoneksi dengan T-Cash sehingga mereka dapat memanfaatkan fasilitas T-Cash.
Danu mengatakan, T-Cash juga mendukung Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang diluncurkan BI. Salah satunya dengan mematangkan standar kode QR bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia yang akan digunakan sebagai standar kode QR GPN.
Kepala Pusat Program Transformasi BI Onny Wijanarko mengatakan, saat ini ada 10 bank yang menyatakan siap menerapkan GPN. (MED/HEN)