JAKARTA, KOMPAS — Media cetak dipilih sebagai sumber informasi karena beritanya dapat dipercaya. Sebagian besar konsumen utama media cetak adalah kalangan atas.
Executive Director Media The Nielsen Company Hellen Katherina menyampaikan hal itu di Jakarta, Rabu (6/12). ”Mengapa responden membaca media cetak, karena beritanya dapat dipercaya,” kata Hellen.
Menurut Hellen, industri media cetak perlu tetap mengampanyekan atau mempromosikan bahwa mereka memiliki berita yang dapat dipercaya dan tidak mengandung unsur hoaks atau informasi palsu.
Hellen mengatakan, survei media cetak dilakukan pada periode triwulan IV-2016 sampai triwulan III-2017 terhadap 17.000 responden di 11 kota.
Dari survei itu juga terlihat, media cetak memiliki penetrasi pasar sebesar 8 persen atau sekitar 4,5 juta orang. Jumlah ini dihitung dari populasi di 11 kota yang sebanyak 54 juta orang, dengan usia di atas 10 tahun.
Hellen menambahkan, penggunaan media internet dan digital untuk membaca berita cukup tinggi. Hingga triwulan III-2017, jumlah pembaca versi digital mencapai 6 juta orang dengan penetrasi 11 persen. Kondisi ini menunjukkan minat membaca yang tidak turun, tetapi berganti platform.
Jika dilihat dari profil pembaca, lanjut Hellen, media cetak di Indonesia cenderung dikonsumsi oleh konsumen berusia 20-49 tahun (74 persen), memiliki pekerjaan sebagai karyawan (32 persen), dan mayoritas pembaca berasal dari kalangan kelas atas (54 persen).
Hellen mengatakan, belanja iklan pada Januari-September 2017 sebesar Rp 21 triliun, turun 13 persen dari periode Januari-September 2013 yang sebesar Rp 25 triliun.
Namun, dalam empat tahun terakhir, cukup banyak media cetak yang tutup sehingga memengaruhi penerimaan iklan pada media cetak secara keseluruhan. Pada Januari-September 2013 ada 268 media, baik koran, tabloid, maupun majalah. Namun, pada Januari-September 2017 tinggal 192 media cetak.
Model baru beriklan
Menanggapi hasil survei tersebut, pengajar jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara, Ignatius Haryanto, mengatakan, survei ini merupakan berita bagus bagi industri media cetak.
Akan tetapi, katanya, karena tradisi baca kita buruk, harus ada upaya yang lebih keras agar minat baca meningkat. Hasil survei ini harus membuat banyak pihak memikirkan pembaca media cetak pada masa depan. ”Artinya, ternyata masa depan tidak semata-mata bergantung pada gawai saja, tetapi juga koran.
Organisasi surat kabar atau media cetak harus mengampanyekan untuk memilih koran
sebagai sumber tepercaya,” kata Haryanto. (FER/MAR)