JAKARTA, KOMPAS — Masa produksi garam rakyat berakhir pada akhir November 2017. Produksi garam tahun ini dinilai kurang optimal. Oleh karena itu, perlu antisipasi untuk mencukupi kebutuhan konsumsi garam nasional.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti Poerwadi, saat dihubungi Kompas, di Jakarta, Kamis (7/12), menuturkan, hingga 29 November 2017, produksi garam rakyat dari 15 sentra garam dan PT Garam (Persero) sebanyak 1.305.606 ton.
Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi garam 3,2 juta ton (Kompas, 3/1). Dalam kondisi normal, total panen garam nasional berkisar 2,4 juta-2,7 juta ton per tahun yang bersumber dari tambak rakyat dan PT Garam.
Direktur Utama PT Garam Budi Sasongko mengakui produksi garam nasional tahun ini masih kurang optimal. Total produksi garam perusahaan BUMN itu hanya 194.000 ton tahun ini. Dari jumlah itu, 150.000 ton sudah didistribusikan ke industri kecil menengah hingga pabrik pengolahan.
”Dari segi kuantitas, (hasil panen) tidak begitu menggembirakan. Lahan baru PT Garam juga belum maksimal (berproduksi) tahun ini,” ujarnya.
Budi menambahkan, produksi garam nasional kali ini yang sekitar 50 persen dari produksi normal diperkirakan hanya mampu mencukupi kebutuhan konsumsi nasional hingga April 2018. Karena itu, perlu dipikirkan upaya memenuhi garam konsumsi untuk kebutuhan April hingga Juli 2018 atau sebelum musim panen garam rakyat pada Juli-November.
”Kalau bisa, tidak perlu impor garam. Kami akan berupaya menyerap hasil panen garam dari petambak di seluruh Indonesia,” kata Budi.
Kalau bisa, tidak perlu impor garam. Kami akan berupaya menyerap hasil panen garam dari petambak di seluruh Indonesia.
Pada 2018, PT Garam menargetkan penambahan produksi 5.000 ton yang bersumber dari operasional tambak garam di Bipolo, Nusa Tenggara Timur. Lahan PT Garam seluas 318 hektar di Bipolo itu diperkirakan baru 10 persennya yang bisa berproduksi pada tahun depan.
Pada 2015, produksi garam nasional untuk konsumsi 2,91 juta ton. Pada 2016, produksi anjlok menjadi 137.600 ton atau 4,6 persen dari target 3 juta ton. (LKT)