JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia mendorong pelaku usaha dan perbankan untuk menggunakan mata uang lokal. Langkah ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dollar Amerika Serikat dalam perdagangan internasional.
Melalui penggunaan mata uang lokal, diharapkan penggunaan mata uang asing, terutama dollar AS, lebih terdiversifikasi dan stabilitas sistem keuangan dapat lebih terjaga.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyampaikan hal itu seusai peluncuran Kerangka Kerja Penyelesaian Transaksi Perdagangan Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal di Jakarta, Senin (11/12). Kerangka kerja itu melibatkan Bank of Thailand, Bank Negara Malaysia, dan Bank Indonesia. Acara itu dihadiri Gubernur Bank of Thailand Veerathai Santiprabhob dan Gubernur Bank Negara Malaysia Muhammad bin Ibrahim.
Menurut Agus, dari hasil pengamatan BI terhadap transaksi perdagangan internasional, terutama dalam ekspor, penggunaan dollar AS mencapai 94 persen. Dari sisi impor, penggunaan mata uang dollar AS sekitar 78 persen.
Dari hasil pengamatan BI terhadap transaksi perdagangan internasional, terutama dalam ekspor, penggunaan dollar AS mencapai 94 persen.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ekspor Indonesia sepanjang 2016 sebesar 145,186 miliar dollar AS, yang terdiri dari ekspor migas 13,105 miliar dollar AS dan nonmigas 132,08 miliar dollar AS. Adapun pada periode Januari-Oktober 2017, ekspor RI sebesar 138,462 miliar dollar AS, yang terdiri dari ekspor migas 12,88 miliar dollar AS dan nonmigas 125,582 miliar dollar AS.
”Dengan adanya mata uang lokal, kita berharap diversifikasi mata uang dalam ekspor dan impor di Indonesia bisa lebih berjalan,” kata Agus.
Melalui penggunaan mata uang lokal—terutama ringgit Malaysia dan baht Thailand—dalam perdagangan ekspor impor di ASEAN, maka stabilitas sistem keuangan bisa lebih baik.
Kerangka
kerja antarbank sentral Indonesia, Malaysia, dan Thailand tersebut merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman pada akhir 2016. Tujuannya, mendorong perdagangan bilateral dan investasi langsung dengan mata uang lokal.
Kerja sama itu merupakan upaya berlanjut untuk mendorong penggunaan mata uang rupiah, ringgit, dan baht dalam transaksi perdagangan dan investasi. Dengan kerja sama itu, BI juga menunjuk bank yang memfasilitasi transaksi mata uang lokal tersebut antara lain bank BRI, Mandiri, BNI, BCA, CIMB Niaga, dan Maybank Indonesia.
Agus menilai dengan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan ekspor dan impor, biaya transaksi yang ditanggung pelaku usaha akan lebih efisien. Ia mengatakan, BI juga mendorong dan mengupayakan transaksi perdagangan dengan negara lain menggunakan mata uang lokal tersebut.
Veerathai mengatakan, dalam ekonomi dunia saat ini, terjadi volatilitas dalam investasi dan perdagangan. Karena itu, transaksi dengan mata uang lokal perlu didorong. Penggunaan mata uang lokal dari masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan bilateral, inefisiensi dalam transaksi bisnis dapat dikurangi. Penggunaan mata uang lokal diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menilai, penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dapat mengurangi ketergantungan pada dollar AS.(FER)