Pemain Asing Bakal Serbu Sektor Ekonomi Digital Indonesia
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemain ekonomi digital asing diprediksi akan semakin gencar masuk ke Indonesia pada tahun 2018. Pemerintah dapat mengantisipasinya dengan kebijakan pajak dan aturan teknologi finansial yang tepat.
Prediksi itu dikeluarkan oleh UBS, sebuah perusahaan layanan keuangan internasional yang merupakan gabungan dari Union Bank of Switzerland dan Swiss Bank Corporation. Di Asia, UBS telah bergerak selama 50 tahun.
Direktur Eksekutif UBS Edward Teather mengatakan, maraknya investor asing yang masuk pada sektor ekonomi digital Indonesia akan menciptakan pasar yang kompetitif dan terbuka.
Kondisi itu diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat karena harga-harga akan semakin murah.
Agar manfaat yang diterima Indonesia bisa optimal, maka pemerintah juga perlu menyiapkan instrumen regulasi pajak untuk ekonomi digital.
”Banyak negara yang masih kebingungan dengan sistem pajak untuk menghadapi ekonomi digital,” kata Edward dalam teleconference di Jakarta, Kamis (14/12). Sistem pajak yang tepat diperlukan agar pajak yang diterima pemerintah dari ekonomi digital bisa maksimal.
Selain itu, regulasi lainnya yang perlu disiapkan ialah kebijakan yang mendukung tumbuhnya sistem, desain dasar (platform), bahkan aplikasi ponsel yang mendukung ekonomi digital.
Menurut Edward, Indonesia harus memiliki ekosistem ekonomi digitalnya sendiri.
Ekosistem ekonomi digital terdiri dari sistem pembayaran dan pasar elektronik yang menggunakan koneksi internet, logistik, serta pihak pembeli dan penjual.
”Mulai dari aplikasi dan platform-nya, Indonesia harus kuasai itu terlebih dahulu,” ujar Edward.
Terkait pemain ekonomi digital internasional, Indonesia perlu mengamati kebijakan beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan China.
Dia menambahkan, Jepang juga perlu dicermati meskipun belum menjadi pemain raksasa mengingat produk-produk Jepang yang selalu terjamin kualitasnya.
Dari sisi perbankan, Edward mengimbau bank-bank di Indonesia untuk beradaptasi dengan sistem teknologi finansial untuk menarik orang-orang yang tidak memiliki akun bank.
Apabila sektor perbankan berhasil menyesuaikan diri, pertumbuhan kredit perbankan dapat mencapai 14 persen. Saat ini, pertumbuhan kredit perbankan hanya 9 persen.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Irwan Adi Ekaputra mengatakan, Indonesia harus menganggap kehadiran pemain ekonomi digital asing sebagai peluang. ”Jangan alergi dulu terhadap asing,” ujarnya. (DD09)