Hal itu terjadi karena pasar modal semakin menguat dan mendalam. Sementara itu, pembiayaan melalui perbankan masih tumbuh lambat karena permintaan masih lemah dan banyak kredit bermasalah.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2017 di Jakarta, Kamis (21/12), mengatakan, per 20 Desember 2017, Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan kecenderungan menguat sebesar 15,34 persen pada posisi 6.109,48.
Realisasi pembiayaan dari pasar modal hingga 19 Desember 2017 sebesar Rp 257,02 triliun. Hingga akhir tahun ini, nilai pembiayaan itu akan bertambah. ”Kami memperkirakan, pembiayaan melalui pasar modal bisa lebih dari Rp 260 triliun karena masih ada 60 perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dalam pipeline Bursa Efek Indonesia,” katanya.
Wimboh melanjutkan, kinerja pembiayaan dari pasar modal itu tidak diikuti perbankan. Penyaluran kredit perbankan per November 2017 sebesar Rp 228 triliun sehingga total kredit perbankan sebesar Rp 4.605 triliun atau tumbuh 7,47 persen selama setahun.
Selain karena permintaan lemah, lemahnya pertumbuhan kredit perbankan itu terjadi karena perbankan masih menyelesaikan persoalan kredit bermasalah (NPL). Penyelesaian itu tidak hanya melalui restrukturisasi kredit, tetapi juga penghapusan kredit-kredit bermasalah, terutama di segmen kredit berbasis komoditas dan produk turunannya.
”Kami memperkirakan, pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini di kisaran 7-9 persen. Hal itu jauh di bawah target pertumbuhan kredit dalam Rencana Bisnis Bank 2017 yang sebesar 11,86 persen,” ujarnya.
Tren NPL perbankan secara umum menurun. Per November 2017, NPL perbankan sebesar 2,89 persen dan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) perbankan syariah sebesar 3,08 persen.
Wimboh menambahkan, pada 2018, kredit diperkirakan tumbuh lebih tinggi, di kisaran 10-12 persen. Faktor penopangnya adalah penurunan suku bunga kredit serta mulai tuntasnya konsolidasi perbankan dan korporasi.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, konsolidasi perbankan dan korporasi diperkirakan rampung pada triwulan III-2018. Saat ini, mereka tengah menyelesaikan kredit-kredit bermasalah di segmen komersial, terutama untuk sektor pertambangan.
Pengaruh pasokan
Kepala Ekonom dan Riset Pasar Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro memperkirakan, pertumbuhan kredit pada 2018 masih lambat karena dari sisi pasokan, perbankan meningkatkan kewaspadaan terhadap sektor-sektor yang akan dibiayai.
Dari sisi permintaan, masih banyak korporasi yang belum meningkatkan pertumbuhan kredit. Selain itu, korporasi dapat mencari pembiayaan lain, seperti penerbitan obligasi, bukan dari pembiayaan perbankan.
Kepala Riset Industri dan Regional Bank Mandiri Dendi Ramdani menilai, harga komoditas di dunia mengalami kenaikan. Harga minyak mencapai 64 dollar AS per barrel atau mencapai batas psikologis sebesar 60 dollar AS.
Kenaikan harga minyak, lanjut Dendi, perlu diwaspadai apakah akan memberi tekanan pada harga BBM di pasar dalam negeri atau tidak. Selain itu, kenaikan harga batubara pada 2017 memang memberi kontribusi positif, terutama bagi pertumbuhan ekonomi di Kalimantan. Namun, kenaikan harga batubara tersebut belum stabil. Kenaikan harga batubara lebih dipengaruhi oleh industri di China yang mengurangi produksi. (HEN/FER)