2018, Pasar Modal Prospektif
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan berturut-turut mencetak rekor baru menuju akhir perdagangan saham 2017. Hal ini membuat Bursa Efek Indonesia optimistis terhadap kinerja industri pasar modal pada 2018, kendati sejumlah tantangan eksternal tetap membayangi.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai stabilitas politik dan komitmen pemerintah dalam membangun infrastruktur tetap menjadi faktor kunci pertumbuhan pasar modal. Diharapkan, agenda politik pada 2018 dapat berjalan kondusif dan tidak mengganggu aktivitas industri.
”Ada beberapa agenda tahun depan yang menjadi perhatian pasar dan cukup menantang dari sisi eksternal, tetapi saya percaya pasar modal masih positif didukung ekonomi nasional,” ujar Tito di Jakarta, Kamis (28/12).
Apalagi, lanjut Tito, pada 2018, sedikitnya 35 perusahaan, baik anak perusahaan BUMN, perusahaan rintisan, maupun perusahaan swasta akan turut mencari dana di pasar modal.
”Tiga perusahaan rintisan, yakni Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak juga akan kami dorong untuk melepas saham ke pasar modal. Harus, karena pendapatan mereka itu lebih dari 90 persen dari Indonesia,” kata Tito.
Tiga perusahaan rintisan, yakni Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak juga akan kami dorong untuk melepas saham ke pasar modal. Harus, karena pendapatan mereka itu lebih dari 90 persen dari Indonesia.
Pada penutupan perdagangan saham kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor tertinggi pada level 6.314,046 yang menguat 36,881 poin atau 0,588 persen.
Sejak awal tahun hingga kemarin, IHSG menguat 19,21 persen. Kapitalisasi pasar BEI sebesar Rp 6.993 triliun.
Tito mengatakan, rekor IHSG yang terus tercipta merupakan dampak dari sejumlah sentimen yang berkesinambungan. Sentimen datang dari tata kelola perekonomian dalam negeri yang membaik, terutama pada periode pemerintahan 2014-2017.
Pada 2004-2014, kredit yang disalurkan Rp 3.500 triliun dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) 40 persen. Namun, sejak 2014 LDR meningkat hingga 90 persen.
”Gejolak pasar saham di China pada 2015 pun bisa ditangani pemerintah. Tata kelola manajemen fiskal membaik, nilai tukar rupiah juga stabil,” ujar Tito.
Peringkat
Hal yang menjadi perhatian pasar pada 2018 adalah penilaian lembaga pemeringkat dunia, seperti Standard and Poor’s, terhadap arus kas negara-negara di dunia. Tantangan juga datang dari bobot penilaian Morgan Stanley Capital International (MSCI), yang menjadi salah satu tolok ukur bagi investor asing dan manajer investasi untuk menempatkan dana di pasar saham suatu negara.
Untungnya, ujar Tito, kepercayaan global terhadap perekonomian Indonesia meningkat seiring peringkat Indonesia yang naik menjadi BBB dengan proyeksi stabil oleh lembaga pemeringkat Fitch.
Lebih lanjut Tito mengatakan, untuk terus menopang IHSG dan memperbesar kapitalisasi pasar pada 2018, BEI akan melanjutkan upaya yang berhasil diterapkan pada 2017. Upaya itu antara lain kampanye ”Yuk Nabung Saham” serta membangun komunikasi dan komunitas pasar modal.
Analis Recapital Sekuritas Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kinerja positif IHSG tahun ini didorong sejumlah faktor di dalam negeri. Faktor-faktor itu antara lain stabilitas ekonomi, inflasi yang rendah, dan kebijakan ekonomi makro yang tepat. ”Selain itu, jangan lupakan juga pembangunan infrastruktur yang terlihat masif,” katanya.
Pada 2018, aliran dana diperkirakan masuk ke pasar modal, terutama pada semester I. Diprediksi dana partai akan diputar lebih dulu sebelum dibelanjakan pada paruh kedua 2018. (DIM)