JAKARTA, KOMPAS — Harga cabai rawit merah naik lebih dari 80 persen karena berkurangnya pasokan pada dua pekan terakhir. Berkurangnya produksi ini diperkirakan terjadi antara lain karena serangan penyakit dan usia tanaman yang sebagian telah memasuki masa panen akhir
Harga rata-rata cabai rawit merah di pasar-pasar tradisional di DKI Jakarta sebagaimana dimuat laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Jakarta, Senin (1/1), mencapai Rp 51.650 per kilogram (kg). Angka ini naik 82 persen dibandingkan harga rata-rata pada Jumat (15/12) yang tercatat Rp 28.349 per kg.
Setelah mengalami lonjakan drastis pada Maret 2017, sempat mencapai Rp 146.881 per kg, harga cabai rawit merah turun signifikan selama September-November 2017. Pada tiga bulan itu, harga cabai rawit merah hanya Rp 25.000-Rp 27.000 per kg. Di tingkat petani, harga bahkan sempat anjlok hingga di bawah Rp 10.000 per kg. Akibatnya, tak sedikit petani menanggung rugi hingga jutaan rupiah.
Direktur Pengembangan Agribisnis Pusat Komoditi Nasional (Puskomnas) Soekam Parwadi mengatakan, pasokan cabai rawit merah ke Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang, Banten, juga turun drastis. Ketika harganya Rp 15.000 per kg, pasokan rata-rata mencapai 60 ton per hari. Harga kemudian naik ke kisaran Rp 25.000 per kg ketika pasokan turun menjadi 40 ton per hari. Belakangan, harga naik lagi menjadi Rp 40.000 per kg (tingkat pedagang grosir), tetapi pasokan hanya sekitar 25 ton per hari.
Menurut Soekam, saat harga turun beberapa bulan lalu, petani rugi dan tanaman jadi tak terawat. Akibatnya, hama penyakit menyerang dan menurunkan hasil panen, khususnya penyakit ”patek” yang disebabkan jamur Colletotrichum capsici. Selain itu, tak sedikit tanaman yang telah melewati usia panen atau sudah tua.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Budi Luhur di Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Abdul Jafar menambahkan, produksi jauh berkurang karena masa panen telah usai. Harga cabai rawit merah di tingkat petani kini berkisar Rp 28.000 per kg atau lebih dari dua lipat dibandingkan harga dua bulan lalu.
Anjloknya harga selama beberapa bulan telah menurunkan motivasi untuk merawat tanaman atau menanam cabai lagi. Ade Sutrisno, petani asal Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menyatakan, sebagian petani kapok menanam lagi karena harga anjlok.
Mereka awalnya tergiur karena harga cabai rawit merah pernah lebih dari Rp 100.000 per kg pada Maret 2017. Namun, saat panen enam bulan kemudian harga tinggal Rp 14.000 per kg.
Kementerian Pertanian sebenarnya telah mengatur pola tanam dan memproyeksikan target luas tanam untuk mengantisipasi permintaan. Cara ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga, mengurangi ketimpangan produksi antar-bulan, sekaligus mendorong penyebaran daerah produksi. Namun, upaya ini dinilai belum berjalan efektif.
Fluktuasi harga yang timpang menjadi problem klasik komoditas cabai. Lokasi produksi juga tak merata. Sekitar 70 persen produksi cabai rawit merah terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera, khususnya dari sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Blitar, Tuban, Lamongan, Mojokerto, dan Kediri. (MKN)