”Harus ada keseimbangan antara investasi di pasar saham dan investasi di sektor riil agar pembangunan fisik dapat terus berjalan,” ujarnya saat membuka perdagangan saham 2018 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (2/1).
Sejumlah menteri yang hadir pada acara kemarin di antaranya Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, dan Direktur Utama BEI Tito Sulistio.
Pemerintah, lanjut Kalla, berupaya mendorong pertumbuhan investasi di sektor riil dengan menurunkan suku bunga perbankan. Namun, sepanjang tahun lalu, investasi di sektor riil, baik yang dilakukan BUMN maupun swasta, masih minim.
”Sekarang tinggal mengakomodasi emiten untuk memperluas usahanya. Saya apresiasi indeks yang membanggakan, tetapi tetap letak masalah investasi Indonesia ada di sektor riil,” ujar Kalla di hadapan para pelaku pasar saham.
Sejalan dengan keinginan itu, Wimboh Santoso mendorong agar industri pasar modal mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur pemerintah. Perusahaan terbuka dapat memanfaatkan pasar modal sebagai sumber dana alternatif.
OJK berkomitmen mengoptimalkan peran pasar modal dalam mendukung pembangunan nasional melalui regulasi perluasan instrumen pasar. Peraturan mengenai dana investasi infrastruktur berbentuk kontrak investasi kolektif tersebut telah diterbitkan sejak Juli 2017.
”Kebijakan penyempurnaan infrastruktur dan perluasan instrumen pasar modal bisa optimal jika didukung kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang berkomitmen penuh pada perbaikan fundamental ekonomi,” ujar Wimboh.
Analis Koneksi Capital, Alfred Nainggolan, memprediksi saham berbasis sektor keuangan masih akan menjadi penopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2018. Selain keuangan, IHSG juga akan ditopang sektor konstruksi, sektor telekomunikasi, dan sektor komoditas logam.
”Kebijakan makro masih menjadi faktor fundamental kinerja emiten keuangan yang tetap unggul pada 2018. Apalagi, tahun ini Bank Indonesia punya target pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari tahun lalu,” ujarnya.
Alfred juga menilai IHSG berpotensi menguat selama semester I-2018 lantaran sederet sentimen positif yang akan terjadi pada semester I tahun ini. Jika dikelola dengan baik, kegiatan politik berupa pilkada serentak justru mendorong laju ekonomi, terutama di daerah.
Selain itu, ajang Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang berpotensi turut memutar roda perekonomian. Harga komoditas global diprediksi terus membaik. Investor juga menanti pengumuman kinerja keuangan emiten sepanjang 2017 dan awal 2018.
Pada penutupan perdagangan saham perdana 2018, kemarin, IHSG melemah 0,258 persen menjadi 6.339,238. IHSG sempat menyentuh posisi tertinggi pada pukul 11.40, yakni 6.439,388.
Tito Sulistio menargetkan, dalam dua tahun mendatang, nilai kapitalisasi pasar BEI bisa mencapai Rp 10.000 triliun atau sekitar 65 persen dari produk domestik bruto RI. Tito meyakini prospek penambahan emiten baru yang minimal 35 perusahaan dapat tercapai.
”Tahun ini, harga komoditas mulai menanjak. Selain itu, bisnis properti mulai naik sehingga berdampak pada peningkatan konsumsi. Kondisi ekonomi akan mulai bagus yang membuat emiten lebih ekspansif,” ujar Tito. (DIM/NTA)