Pada Kamis (4/1), hanya beras IR 64-III yang merupakan beras operasi pasar yang dijual lebih rendah daripada harga eceran tertinggi (HET) beras medium, yakni Rp 9.450 per kg, di sentra produksi. Sementara 10 jenis beras lain dijual lebih dari Rp 10.000 per kg.
Kenaikan tertinggi terjadi pada jenis beras yang paling banyak dibeli konsumen, yakni Muncul, IR 64, dan IR 42. Harga beberapa jenis beras itu tercatat 17,4-24,7 persen lebih tinggi dibandingkan pada 1 September 2017.
Ketua Koperasi Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifly Rasyid menyatakan, pasokan dari sentra beras, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, turun drastis beberapa pekan terakhir. Belakangan ada beras komersial dan beras operasi pasar dari Perum Bulog, tetapi jumlahnya tidak signifikan sehingga kurang efektif meredam kenaikan harga.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi menyatakan, harga beras di lapangan memang sudah tinggi. Namun, pihaknya terus berupaya agar pasokan beras ke PIBC terjaga.
Berbeda dengan sebelumnya, beras Bulog mendominasi pasokan di PIBC beberapa hari terakhir, seperti pada Rabu yang tercatat 38,35 persen dari total beras masuk 3.329 ton. Sisanya berasal dari Indramayu, Cirebon, Bandung, Jawa Tengah, dan luar Pulau Jawa.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa berpendapat, pemerintah perlu segera bertindak untuk mengantisipasi gejolak harga dua bulan ke depan. Badan Pusat Statistik mencatat, beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi tahun 2017 selain tarif listrik, kenaikan biaya perpanjangan surat tanda nomor kendaraan, ikan segar, dan bensin.
Laju harga beras juga menjadi kontributor terbesar kenaikan garis kemiskinan dari Rp 374.478 per kapita per bulan pada Maret 2017 menjadi Rp 387.160 per kapita per tahun pada September 2017.
Namun, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yakin, stok beras aman dan cukup, terbukti dari tiadanya impor beras medium sepanjang 2017. Amran juga yakin tidak ada lagi masa paceklik karena tanam dan panen terus berlangsung sepanjang tahun.
Luas area panen lebih dari 1 juta hektar per bulan sehingga kebutuhan beras sekitar 2,6 juta ton per bulan selalu terpenuhi. Menurut Amran, capaian itu membuat harga beras relatif stabil sepanjang 2017. Stok Bulog sebesar 1 juta ton awal tahun juga cukup sampai panen raya tiba pada akhir Januari 2018.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatot Irianto menyatakan, Januari 2018 menjadi periode paling kritis karena ada pergeseran jadwal tanam pada Oktober-Desember 2017. Namun, Gatot optimistis pasokan bakal berlimpah pada panen musim rendeng pada Februari-April 2018.
Jaga inflasi
Kementerian Perdagangan berkomitmen menjaga inflasi tahun ini di kisaran 2,5-4,5 persen. Untuk merealisasikannya, pengendalian harga pangan pokok melalui harga acuan dan eceran tinggi tetap menjadi andalan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pada 2017 inflasi bahan pangan tercatat terendah selama 5 tahun terakhir, yaitu 1,26 persen. Inflasi bahan pangan pada 2012 mencapai 5,68 persen, 2013 (12,28 persen), 2014 (10,57 persen), 2015 (4,93 persen), dan 2016 (5,69 persen).
Pemerintah masih melanjutkan kebijakan pendaftaran gudang dan stok secara berkala bagi para pelaku usaha pangan untuk transparansi stok dan mengantisipasi penimbunan bahan pangan pokok.
”Harga eceran tertinggi beras per wilayah dan jenis, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi beku akan tetap dilakukan. Tahun ini, kami juga akan menentukan harga acuan berdasarkan rentang harga atas dan bawah untuk daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, dan bawang merah,” ujar Enggartiasto.
Kemendag juga akan memastikan operasi pasar beras tepat sasaran atau sampai ke pedagang kecil di pasar melalui pengawasan.
Tjahya Widayanti menuturkan, dalam pengendalian harga pangan pokok itu, Kemendag akan menjaga koefisien variasi harga antardaerah kurang dari 13,8 persen. Kemendag juga akan menjaga koefisien variasi harga antarwaktu (harian dan bulanan) kurang dari 9 persen. Tujuannya adalah agar disparitas harga pangan pokok antardaerah tidak terlalu tinggi. (MKN/HEN)