JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog memperluas titik operasi pasar untuk meredam gejolak harga beras. Operasi yang digelar selama Oktober-Desember 2017 dinilai belum signifikan meredam kenaikan harga beras.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti dalam peluncuran ulang operasi pasar di Gudang Bulog Divre DKI Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (9/1), menyebutkan, operasi akan diperluas sampai 1.800 titik di seluruh Indonesia. Sebelumnya, sampai Desember 2017, operasi pasar mencakup 1.100 titik dengan total sekitar 50.000 ton beras tersalur.
Akan tetapi, pasokan sebanyak itu belum cukup meredam harga. Data Food Station Tjipinang Jaya, badan usaha milik DKI Jakarta, harga rata-rata beras pada awal Januari 2018 mencapai titik tertinggi setidaknya dalam kurun tiga tahun terakhir. Laju kenaikan harga bahkan semakin cepat belakangan karena berkurangnya pasokan.
Djarot menambahkan, Bulog siap menggelontorkan beras hingga 13.000 ton per hari. Harganya lebih rendah daripada harga eceran tertinggi (HET) medium yang ditetapkan Rp 9.450 per kilogram (kg) di daerah produksi serta Rp 9.950-Rp 10.250 per kg di luar sentra produksi. Dia berharap penambahan titik dan volume operasi dapat menekan harga di pasar.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menambahkan, selain memperluas cakupan operasi pasar, Kementerian Perdagangan menugaskan staf memantau pasar di daerah-daerah. Harapannya, harga beras bisa segera turun. ”Berapa pun dibutuhkan, kami akan pasok sebab pemerintah punya beras yang cukup,” ujarnya.
Gejolak harga beras telah diperkirakan sebelumnya. Sejumlah pengamat mengingatkan pemerintah pada Oktober-November 2017 bahwa ada potensi gejolak harga pada Desember 2017 hingga Januari-Februari 2018 karena pasokan berkurang.