JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan bidang perdagangan secara elektronik atau e-dagang dan pendukungnya masih menarik bagi investor. Investor diperkirakan akan tetap menanamkan dana untuk menjaga kelangsungan bisnis.
Namun, saat ini investor lebih tertarik menyuntikkan modal ke perusahaan pendukung industri e-dagang, seperti logistik, rantai pasok, dan pemasaran digital.
”Tren ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, saat fokus utama investor adalah laman pemasaran,” kata Dewan Penasihat Asosiasi Modal Ventura untuk Start Up Indonesia (Amvesindo) Wilson Cuaca yang dihubungi, Senin (8/1), di Jakarta.
Bisnis e-dagang terintegrasi kini sedang berkembang di banyak negara. Amazon membeli Whole Foods, sedangkan Alibaba membeli Sun Arts. Menurut Wilson, tren seperti itu bisa saja terjadi di Indonesia.
Bisnis e-dagang terintegrasi kini sedang berkembang di banyak negara. Amazon membeli Whole Foods, sedangkan Alibaba membeli Sun Arts.
Wakil Ketua Amvesindo bidang Modal Ventura Donald Mihardja mengemukakan, perusahaan e-dagang skala besar sudah mulai mapan. Namun, perusahaan semacam ini tetap memerlukan dana dan pembinaan investor, khususnya dalam mengelola modal.
Di luar sektor e-dagang, investor fokus merealisasikan suntikan modal ke industri teknologi finansial (tekfin) dan edukasi. ”Tantangan investor, sampai sejauh mana pemerintah mengatur regulasi untuk industri tekfin,” ujar Donald.
Secara terpisah, CEO Blibli.com Kusumo Martanto berpendapat, pertumbuhan e-dagang yang pesat memicu kelahiran industri pendukung. Situasi ini membuka kesempatan bagi pemain lama untuk berinovasi.
Dia mencontohkan, tahun ini Blibli akan memperkuat sistem dan kecepatan distribusi barang. Caranya, menambah jumlah gudang utama dan gudang perantara. Saat ini, Blibli memiliki gudang utama di Medan, Jakarta, Tangerang, dan Surabaya, serta 14 unit gudang perantara.
Pembiayaan BNI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan anggaran Rp 7,843 triliun untuk pengembangan kelompok usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero). Anggaran itu termasuk untuk pembiayaan sindikasi kereta ringan sebesar Rp 2,78 triliun.
Direktur Bisnis Kecil & Jaringan BNI Catur Budi Harto mengatakan, dukungan BNI, antara lain, melalui sindikasi pembiayaan proyek kereta api Bandara Soekarno-Hatta bersama tiga bank lain.
Direktur Operasi dan Teknik PT Railink Porwanto Handry Nugroho menuturkan, pembelian tiket kereta Bandara Soekarno-Hatta menggunakan sistem nontunai. (MED/ARN)