Komponen Lokal untuk Kereta Ringan
JAKARTA, KOMPAS — PT Inka (Persero) memastikan pengerjaan armada kereta untuk proyek kereta ringan atau LRT Jabodebek tuntas dalam 15 bulan. Tingkat kandungan dalam negeri untuk komponen kereta LRT minimal 42 persen.
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT Inka (Persero) Mohamad Nur Sodiq mengemukakan, anggaran untuk pengadaan rangkaian kereta LRT, yakni Rp 4,1 triliun, tetapi pihaknya berupaya menekan anggaran. ”Penggunaan komponen lokal minimal 42 persen, tetapi kami berharap lebih. Kami ingin produk ini buatan dalam negeri,” kata Sodiq di Jakarta, Selasa (9/1).
Total nilai investasi proyek LRT Rp 29,9 triliun, mencakup pengadaan prasarana, sarana, dan perawatan LRT. Proyek LRT Jabodebek dikerjakan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor dan PT KAI (Persero) sebagai investor sekaligus operator. Dalam proyek tersebut, Inka berperan menjadi penyedia sarana kereta LRT untuk Jabodebek.
Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengemukakan, kereta ditargetkan bisa dikirim pada Februari 2019. Untuk pengerjaan rangkaian kereta LRT, penyelesaian armada dalam kurun waktu 15 bulan tidak akan berdampak pada penundaan proyek Inka lainnya. Pihaknya akan menambah tenaga kerja sekitar 500 hingga 1.000 orang.
Sementara itu, Inka juga menjajaki kemitraan untuk beberapa pengerjaan yang tidak bisa dilakukan sendiri. Kerja sama itu terutama untuk pembuatan mesin penggerak kereta. ”Kami memang belum menguasai teknologi pembuatan mesin penggerak kereta sehingga akan melakukan kajian kerja sama yang paling pas,” ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, pemerintah akan mendorong produk dalam negeri dalam pengerjaan proyek LRT Jabodebek. Indonesia memiliki hampir semua penyedia komponen yang terkait, tetapi selama ini tidak terintegrasi. Secara bertahap, Indonesia harus masuk ke penguatan industri dalam negeri. Penggunaan komponen lokal juga akan menghemat penggunaan anggaran. Upaya ini akan dilanjutkan pada proyek-proyek manufaktur lainnya.
”Pengadaan kereta disepakati komponen lokal. Ini pertama kalinya. Jika ada kekurangan sedikit sana-sini biarkan, yang penting kita bangkit dan bisa buat sendiri,” kata Luhut.
Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengemukakan, tahapan pengerjaan armada kereta dimulai 15 Januari dan diharapkan selesai dalam waktu 15 bulan.
Sementara itu, pengguna jasa kereta api makin meningkat. Sepanjang tahun 2017, kinerja PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus menunjukkan peningkatan.
Mencapai target
Jumlah penumpang meningkat 11 persen, sedangkan untuk angkutan barang, jumlah barang yang diangkut naik 13 persen. ”Untuk penumpang, targetnya telah terlewati. Sementara untuk barang, walaupun menunjukkan peningkatan, belum mencapai target,” kata Direktur Utama Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro, di Jakarta, Selasa.
Jumlah penumpang selama tahun 2017 mencapai 389 juta penumpang, sedangkan targetnya hanya 373 juta. Adapun volume angkutan barang naik 13 persen menjadi 32 juta ton dari target 39 juta ton. Peningkatan pengguna juga terjadi saat layanan Natal dan Tahun Baru yang baru ditutup pada 7 Januari lalu. Selama angkutan Natal dan Tahun Baru, pengguna kereta naik 5 persen dibandingkan dengan tahun 2016.
”Jika tahun 2016/2017 volume penumpang, baik kereta api utama maupun lokal, mencapai 4,611 juta, pada tahun 2017/2018 jumlah penumpang yang diangkut sebanyak 4,853 juta orang,” kata Edi.
Selain itu, ketepatan waktu juga menunjukkan perbaikan, baik keberangkatan maupun kedatangan. Tahun ini, puncak angkutan Natal dan Tahun Baru terjadi pada 1 Januari 2018 dengan jumlah penumpang sebanyak 334.318 orang. Sementara peningkatan okupansi yang luar biasa terjadi pada Argo Parahyangan relasi Gambir-Bandung. Dengan 13 perjalanan pergi pulang, atau 26 nomor KA, KAI mencatat keterisian penumpang rata-rata mencapai 97,48 persen.
”Kereta yang juga menunjukkan peningkatan adalah Sancaka relasi Surabaya-Yogyakarta dan Sancaka Timur, yakni dari Banyuwangi-Yogya. Sancaka Timur ini sifatnya masih sementara, hanya saat Natal dan Tahun Baru. Karena permintaan masih banyak, kami perpanjang hingga akhir Januari,” kata Direktur Operasional KAI Slamet Suseno.
Untuk KA Parahyangan, permintaan meningkat tajam karena ada pengerjaan proyek di jalan tol antara Jakarta dan Bandung yang mengakibatkan kemacetan panjang. Semula, jumlah kereta yang digunakan untuk relasi ini sebanyak 8 set rangkaian kereta. Namun, diperbanyak menjadi 12 set rangkaian, dan akhirnya ditambah lagi menjadi 14 set rangkaian kereta.
Direktur Infrastruktur merangkap Direktur Komersial KAI Bambang Eko Martono mengatakan, walaupun belum mencapai target, pada 2018, KAI akan mematok target lebih tinggi lagi karena ada sejumlah penambahan layanan di kereta barang. KAI sudah menyiapkan trek untuk masuk ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan juga ke KEK Semangke, Sumatera Utara. Selain itu, jumlah kereta untuk angkutan batubara di Sumatera Selatan juga akan ditambah. ”Dulu hanya 60 kereta saja satu rangkaian. Sekarang disiapkan 64 kereta. Kami mempertimbangkan untuk ditambah menjadi 100 kereta,” kata Bambang.
Dia mengakui, saat ini harga angkutan barang menggunakan kereta api di Jawa belum kompetitif dibandingkan angkutan truk. Namun, ke depan akan diupayakan agar angkutan kereta bisa lebih kompetitif. ”Dengan angkutan kereta, kemacetan, kecelakaan dan kerusakan jalan akan berkurang,” kata Bambang. (LKT/ARN)