JAKARTA, KOMPAS — Ekosistem industri rintisan lokal bidang teknologi makin matang. Perusahaan rintisan dari berbagai sektor dan solusi digital yang inovatif mulai bermunculan.
Hal itu dikemukakan oleh beberapa investor dan perusahaan modal ventura. Salah satunya adalah Plug and Play Indonesia, investor dan akselerator perusahaan rintisan bidang teknologi. President Director Plug and Play Indonesia Wesley Harjono menuturkan, ada 13 perusahaan rintisan bidang teknologi yang lolos seleksi mengikuti akselerasi tahun 2018. ”Program akselerasi dimulai dua tahun lalu. Solusi yang mereka tawarkan belum beragam, seperti sekarang. Para pendiri perusahaannya pun belum kompak dan memiliki visi jangka panjang,” ujar Wesley, Selasa (9/1), di Jakarta.
Pada angkatan pertama, Plug and Play Indonesia menerima sekitar 400 pendaftar. Namun, hanya sembilan dinyatakan lolos mengikuti akselerasi selama tiga bulan dan memperoleh pendanaan tahap awal. Peserta lolos angkatan kedua, yaitu Blynk, Cheers, Dana Bijak, Datanest, Duit Hape, Eresto, Gandeng Tangan, Gringgo, Indogold, Manpro, Periksa ID, Trukita, dan Weston. Sebagian di antara mereka sudah beroperasi di atas setahun, seperti Gandeng Tangan, Eresto, dan Cheers Global Wallets.
Sebanyak enam dari 13 peserta angkatan kedua berlatar belakang perusahaan teknologi finansial. Solusi yang mereka tawarkan sesuai masalah kesulitan akses keuangan warga Indonesia.
Managing Director Duit Hape Sara Dewanto menjelaskan, solusi yang ditawarkan adalah sistem pembayaran dan pengiriman uang berbasis layanan seluler. Duit Hape juga melayani pembayaran cicilan.
Integrasi sistem
CEO Cheers Global Wallets Gregor mengemukakan, sudah banyak berkembang dompet elektronik di Indonesia. Masyarakat bisa saja memiliki lebih dari satu dompet elektronik dari operator berbeda. Solusi yang perusahaannya tawarkan adalah mengintegrasikan sistem berbagai macam dompet elektronik.
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Start Up Indonesia (Amvesindo) Jefri R Sirait yang dihubungi terpisah mengatakan, tren digital terus berkembang cepat menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Nilai transaksi perdagangan secara elektronik diperkirakan mencapai sekitar 150 triliun pada 2017.
”Kami bersama pemerintah (Kementerian Komunikasi dan Informatika) mengembangkan program Next Unicorn. Tujuannya adalah membina serta mencari perusahaan rintisan bidang teknologi yang layak menyandang status unicorn (valuasi perusahaan 1 miliar dollar AS),” kata Jefri. (MED)