Potensi Desainer Indonesia Kurang Diperhatikan
JAKARTA, KOMPAS — Potensi desainer di Indonesia dinilai kurang diperhatikan. Padahal dengan mengembangkan kreativitas dari desainer, daya saing ekonomi kreatif dengan negara lain bisa lebih kuat dan ditingkatkan.
Pengajar Desain Produk dari Podomoro University, Aloysius Baskoro Junianto, mengatakan, komoditas ekonomi kreatif yang ditawarkan tidak akan berarti tanpa ada kreativitas. Menurut dia, potensi desainer di Indonesia sangat besar.
”Potensi ini terlihat dari jumlah ekspor ekonomi kreatif Indonesia yang didominasi oleh subsektor kriya dan fashion. Dua hal ini bukti dari besarnya potensi desainer yang dimiliki oleh bangsa ini,” ujar Baskoro dalam konferensi pers ”Bekraf Kembali ke Salone del Mobile Milano 2018” di Jakarta, Kamis (11/1).
Baskoro merupakan salah satu kurator untuk kreasi Indonesia dalam ajang ini.
Berdasarkan data Bekraf 2016, sebanyak 54,54 persen ekspor ekonomi kreatif Indonesia berasal dari subsektor fashion.
Sementara, sebanyak 39,01 persen berasal dari subsektor kriya, sedangkan pada subsektor kuliner tercatat menyumbang sebesar 6,31 persen.
Baskoro mengatakan, sejumlah pihak harus semakin memperhatikan potensi desainer di Indonesia. Berbagai pameran desain perlu lebih masif diadakan, misalnya pameran kriya atau kerajinan yang mengutamakan orisinalitas desainer.
Selain itu, tambah Baskoro, kualitas pendidikan desainer harus ditingkatkan. ”Pendidikan desainer harus menegaskan untuk mengutamakan kreativitas yang bukan mencontoh atau memodifikasi kreasi yang sudah ada,” katanya.
Dengan mengembangkan potensi desainer, ujar Baskoro, ekonomi kreatif Indonesia diharapkan bisa turut meningkat. Ia menyampaikan, peningkatan tersebut dapat dilihat melalui produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif yang dihasilkan.
Kinerja ekonomi kreatif Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik menyampaikan, kinerja ekonomi kreatif Indonesia mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Bekraf, PDB ekonomi kreatif pada 2016 mencapai Rp 922,58 triliun dengan nilai kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 7,44 persen. Pada tahun sebelumnya, PDB ekonomi kreatif sebesar Rp 852,56 persen.
”Kami targetkan, petumbuhan ekonomi kreatif Indonesia 6-10 persen setiap tahun. Pertumbuhan ekonomi kreatif kita selalu di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Potensi pertumbuhan ini pun masih besar,” katanya.
Ricky mengatakan, berdasarkan sensus khusus ekonomi kreatif yang dilakukan Bekraf, jumlah kepemilikan intelektual properti dan jumlah pelaku ekonomi kreatif yang sudah terdaftar terhitung masih kecil.
”Dari 16,9 juta pelaku ekonomi kreatif, sekitar 80 persen belum memiliki HAKI (hak atas kepemilikan intelektual). Jika punya haki, peningkatan nilai tambahnya bisa lebih besar,” ujarnya.
Untuk itu, kata Ricky, saat ini pemerintah mengajak pelaku ekonomi kreatif untuk mendaftarkan kepemilikan HAKI. Melalui Bekraf, pendaftaran HAKI bisa dilakukan secara gratis.
Ajang Salone del Mobile Milano 2018
Ricky mengatakan, upaya peningkatan ekonomi kreatif Indonesia dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya promosi. Ia menyampaikan, promosi harus gencar dilakukan, baik dalam tingkat nasional maupun internasional.
”Salah satu ajang promosi bergengsi yang didukung Bekraf adalah dengan mengikuti pameran Salone del Mobile di Milan, Italia,” kata Ricky.
Menurut dia, ajang ini merupakan pameran desain penting di dunia. Para distributor, pelaku ritel, dealer, dan desainer tingkat dunia berkumpul dalam acara ini. Untuk itu, ujar Ricky, Indonesia bisa menggaungkan produk berkualitas yang dimiliki secara global melalui acara ini.
Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Simandjuntak mengatakan, tahun 2018 merupakan tahun kedua Indonesia turut berkontribusi dalam pameran Salone del Mobile.
Kali ini, Indonesia akan memamerkan produk unggulannya di stan RHO Fiera Milano episentrum dari Salone del Mobile 2018.
Tahun ini, merupakan pameran ke-52 yang dari ajang Salone del Mobile. Menurut rencana, acara ini akan berlangsung pada 17-22 April 2018.
Sebanyak 1.257 eksibitor dari seluruh dunia dan 363.000 pengunjung akan hadir dalam pameran ini. Para eksibitor pun dikurasi oleh seniman, desainer, dan arsitek internasional.
”Melalui ajang ini, Bekraf akan membantu para talenta kreatif Indonesia untuk mempromosikan jasa dan produknya, khususnya produk industri yang berbasis desainer ke ranah global,” kata Joshua.
Baskoro menyampaikan, hal berbeda yang dilakukan pada tahun ini adalah pada pemilihan peserta pameran yang dikurasi berdasarkan talenta kreatif dan produsen.
Untuk talenta kreatif, ditargetkan adalah para desainer produk, furnitur, dan interior yang berkomitmen melakukan proyek skala internasional.
Sementara untuk industri, merupakan industri yang menghasilkan produk furnitur, aksesori interior, dan furnishing berdasarkan kinerja desainer, baik sebagai tim desainer in house maupun kontrak.
”Berbasis pada desainer inilah yang membedakan produk promosi Bekraf dengan produk promosi perindustrian dan perdagangan. Jadi, tidak hanya produk berkualitas, tetapi juga mempertimbangkan kerja kreatif desainer,” kata Baskoro.
Pada ajang kali ini, tema yang diangkat adalah Global Creative Resources. Karya-karya yang dipamerkan pun, ujar Baskoro, yang menjiwai kekayaan alam tropis dan keberagaman budaya Nusantara.
Bagi para talenta kreatif dan produsen yang berminat ikut serta bisa mendaftarkan diri melalui tautan http://bit.ly/SaloneBEKRAF2018. Pendaftaran dibuka mulai 9 Desember 2017 sampai 15 Januari 2018.
”Kami targetkan ada 100 pendaftar. Setelah melalui proses kurasi, sekitar 30 perserta yang akan dipilih,” kata Baskoro. (DD04)