Kinerja perikanan budidaya yang menurun mesti dibangkitkan untuk menopang industrialisasi sektor perikanan. Apalagi, saat ini produksi perikanan tangkap Indonesia cenderung stagnan.
JAKARTA, KOMPAS — Upaya mempercepat industrialisasi sektor perikanan perlu segera dilaksanakan dengan cara memperbaiki produksi dan tata niaga. Kinerja perikanan budidaya yang menurun harus dibangkitkan untuk menopang industrialisasi.
Mandat Presiden Joko Widodo untuk mempercepat pembangunan industri perikanan nasional—seperti tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016 yang diterbitkan Agustus 2016—hingga kini belum menunjukkan hasil. Pekan ini, Presiden kembali meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk berkonsentrasi pada industri pengolahan ikan, terutama untuk mendorong ekspor (Kompas, 11/1).
Menurut Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Rokhmin Dahuri, upaya hilirisasi perikanan perlu ditopang produksi dan tata niaga. Dari aspek produksi, Indonesia memiliki peluang besar untuk menggenjot perikanan budidaya karena produksi perikanan tangkap sudah cenderung stagnan.
”(Produksi) budidaya harus digenjot untuk mendorong hilirisasi perikanan. Tanpa kebijakan yang berpihak pada perikanan budidaya, sulit berharap pebisnis menempatkan modal untuk investasi,” kata Rokhmin di Jakarta, Jumat (12/1).
Hilirisasi perikanan, lanjut Rokhmin, membutuhkan rantai suplai yang terintegrasi, mulai dari produksi, pemasaran, hingga pengolahan. Industri pengolahan ikan sebagai muara hilirisasi hanya bisa berkembang jika ada kecukupan bahan baku. Persoalannya, tata niaga masih lemah.
”Persoalan kita, ketika produksi meningkat, harga anjlok. Sebaliknya, ketika pasar butuh ikan, produksi tidak mencukupi. Ini masalah rantai suplai yang harus segera dibereskan,” katanya.
Lebih terbuka
Rokhmin juga meminta pemerintah lebih terbuka dan jujur terhadap pencapaian kinerja perikanan.
Berdasarkan data KKP, produksi perikanan budidaya tahun 2017 sebanyak 16,165 juta ton atau di bawah target yang sebesar 22,8 juta ton. Hasil komoditas ikan dan udang 7,97 juta ton atau di bawah target 9,41 juta ton, sedangkan rumput laut 8,18 juta ton atau di bawah target 13,39 juta ton.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, penurunan produksi komoditas unggulan, seperti udang dan rumput laut, dipicu sejumlah faktor. Penurunan produksi udang, antara lain, dipicu penyakit serta berakhirnya kerja sama tambak intiplasma udang terintegrasi oleh PT Central Proteina Prima Tbk, salah satu perusahaan udang skala besar di Indonesia. Di samping itu, produksi udang belum ditunjang sektor perbenihan.
Sementara itu, Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Mohammad Abdi Suhufan mengingatkan KKP untuk fokus mencapai target dan indikator kinerja utama secara menyeluruh. (LKT)