JAKARTA, KOMPAS — Investor asal Arab Saudi tertarik berinvestasi di bidang properti dan pariwisata di Indonesia. Ketertarikan itu dinyatakan dalam The First Saudi Arabia Investor Forum, di Jakarta, Senin (15/1). ”Ketertarikan kami tak terbatas pada daerah tertentu, tetapi semua investor yang hadir saat ini tertarik untuk mengembangkan properti, terutama di kawasan pariwisata,” kata Chairman Investor Association of Saudi Arabia Habab Alhanaya.
Dalam kesempatan itu, 150 investor besar Arab Saudi hadir untuk melihat peluang yang ditawarkan. ”Saat ini kami sudah mulai membangun beberapa properti di Lombok. Kami melihat ada banyak potensi yang bisa dikembangkan. Yang pertama memang di bidang properti, lalu di bidang pariwisata, kemudian di transportasi, dan seterusnya,” ujar Alhanaya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kedatangan investor Arab Saudi ini merupakan tindak lanjut kunjungan Raja Salman beberapa waktu lalu. Menurut dia, investor Arab Saudi bisa berinvestasi di empat daerah yang sedang dikembangkan Pemerintah Indonesia.
Keempat daerah tersebut adalah Toba, Yogyakarta, Mandalika, dan Labuan Bajo. ”Khusus untuk Mandalika, saya kira sangat tepat untuk dikembangkan oleh investor dari Arab Saudi karena kawasan itu memang sedang dikembangkan untuk wisata halal,” kata Budi Karya.
Dia berharap, apabila investasi di Indonesia dikembangkan, itu akan semakin banyak warga Arab Saudi yang datang ke Indonesia dan membuat trafik lalu lintas udara juga meningkat. Jika sudah terjadi peningkatan, kuota untuk haji dan umrah juga bisa dipertimbangkan untuk ditambah.
Dia menambahkan, ada beberapa kegiatan yang bisa digarap dalam kerangka kerja sama dengan Pemerintah Arab Saudi. Selain mengembangkan sektor pariwisata dan properti, investor juga bisa mengembangkan sarana transportasi di Jakarta dan sekitarnya, atau di tempat lain.
Di Lombok, misalnya, bisa dikembangkan Bandara Internasional Lombok, sedangkan di kawasan Danau Toba bisa dikembangkan Bandara Silangit. Untuk transportasi Jakarta, investor Arab Saudi bisa membangun kereta ringan (LRT) dari Serpong ke Bandara Soekarno-Hatta.
”Jalur darat ke Bandara Soekarno-Hatta sudah sangat padat, sementara jumlah penumpang transportasi udara terus meningkat. Jadi, pembangunan alternatif transportasi sangat dibutuhkan. Mereka bisa bekerja sama dengan pengembang di kawasan Serpong sehingga nilai tanah bertambah. Mereka juga dapat untung karena potensi pasarnya besar,” ujar Budi Karya. Ia menambahkan, jika ada investor Arab Saudi berinvestasi di bidang transportasi, investor itu boleh mengembangkan daerah sekitar sarana transportasi untuk dijadikan kawasan properti.
Alhanaya berharap dilakukan penyederhanaan birokrasi pengurusan izin investasi. ”Sekarang ini untuk membuat perusahaan di Indonesia, kami butuh waktu lima bulan. Tentu ini sangat menghambat,” ujarnya.
Ia juga mengharapkan ada kebijakan yang berkaitan dengan kepemilikan atau keikutsertaan unsur Indonesia dalam investasi. Jika dimungkinkan kepemilikan penuh, hal itu dianggap lebih menarik bagi investor Arab Saudi. (ARN)