Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (15/1), mencatat, pada Desember 2017 total ekspor Indonesia sebesar 14,79 miliar dollar AS, turun 3,45 persen dari November 2017. Sementara ekspor migas meningkat 17,96 persen menjadi 1,51 miliar dollar AS.
Adapun nilai total impor pada Desember 2017 sebesar 15,06 miliar dollar AS, turun 0,29 persen dari November. Sementara impor migas meningkat 15,89 persen menjadi 350,2 juta dollar AS. Kenaikan ekspor dan impor migas itu dipicu kenaikan harga seluruh komponen migas, seperti minyak mentah, hasil minyak, dan gas.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan nilai ekspor dan impor migas itu terjadi karena kenaikan harga minyak mentah dunia akibat pemangkasan produksi minyak oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC). Harga minyak mentah naik dari 59,34 dollar AS per barrel pada November 2017 menjadi 60,90 dollar AS per barrel pada Desember 2017.
”Kenaikan harga minyak ini melebihi asumsi APBN 2018 yang mematok harga minyak 48 dollar AS per barrel. Kami berharap hal ini bisa menjadi catatan yang perlu diantisipasi hingga akhir tahun ini karena berisiko terhadap ekonomi dan neraca perdagangan nasional,” tuturnya.
Deputi Bidang Statistik dan Distribusi BPS Yunita Rusanti menambahkan, kenaikan harga minyak dunia akan berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Hal itu akan berdampak pula ke sektor transportasi dan bahan pangan pokok.
”Kalau tidak diantisipasi dan dijaga dengan baik, itu akan berpengaruh ke inflasi. Porsi harga BBM terhadap inflasi sekitar 3 persen,” ujarnya.
Negara mitra
Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2017 saja defisit 270 juta dollar AS. Sementara neraca perdagangan 2017 surplus 11,84 miliar dollar AS, lebih tinggi dari surplus neraca perdagangan pada 2016 yang 9,53 miliar dollar AS dan 2015 yang 7,67 miliar dollar AS.
Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, mengemukakan, ekspor Indonesia, terutama mulai semester II-2017, terbantu pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang sehingga mendongkrak harga komoditas dunia. Tahun ini, ekspor Indonesia diperkirakan akan tetap positif meski kemungkinan surplusnya tidak terlalu besar.
”Kenaikan harga minyak dunia tetap perlu diwaspadai. Dengan posisi Indonesia yang net importir migas, tentu hal ini akan berpotensi menipiskan surplus perdagangan. Apabila mempertimbangkan surplus perdagangan nonmigas yang surplus tipis pada tahun ini dan ada potensi naiknya harga minyak dunia secara persisten, neraca perdagangan kemungkinan besar bisa defisit,” tuturnya. (HEN)