JAKARTA, KOMPAS — Kecelakaan transportasi yang terjadi sepanjang 2017 didominasi angkutan darat dan angkutan laut. Faktor manusia, baik kelelahan maupun kelalaian, masih menjadi penyebab utamanya.
”Ada beberapa kelalaian yang terjadi, seperti membiarkan pengemudi angkutan jalan raya kurang istirahat atau pemuatan barang yang tidak benar dan membiarkan kerusakan pada kendaraan, menjadi penyebab kecelakaan,” kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono dalam jumpa pers Kecelakaan Transportasi 2017, di Jakarta, Kamis (18/1).
Kelelahan pengemudi truk atau bus juga terjadi karena pemilik angkutan tidak memberikan jatah dan tempat istirahat yang memadai. ”Ada pemilik kendaraan yang hanya membekali sopirnya uang tidak sampai Rp 100.000 untuk penginapan. Karena tidak cukup, akhirnya uangnya dikantongi sopir, sedangkan sopir tidur di kendaraannya. Sopir tidak bisa istirahat dengan benar,” kata Soerjanto.
Selain faktor manusia, kondisi kendaraan juga berperan sebagai penyebab kecelakaan. ”Tiga kendaraan yang mengalami kecelakaan di Karangploso, Bawen, dan Ciloto sangat tidak laik dan seharusnya sudah dibesituakan,” ujarnya.
Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan, dari 37 kecelakaan yang diinvestigasi KNKT, tujuh di antaranya berupa kecelakaan dan 30 berupa insiden serius. Dari 7 kecelakaan itu, 3 terjadi di Pulau Jawa yang melibatkan sekolah penerbangan, 3 di Papua yang kondisi alamnya sulit, dan 1 di Maluku.
”Namun, investigasi yang menonjol adalah insiden serius yang terjadi pada April 2016 di Bandara Halim Perdanakusuma antara pesawat Boeing B737-800 dan ATR 42-500 yang sedang diderek. Penyebab utamanya, komunikasi yang berbeda medium dan sistem penerangan yang tidak tepat,” kata Nurcahyo.
Adapun untuk kecelakaan di laut, Plt Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT Haryo Satmiko mengatakan, ada 14 kasus kebakaran kapal dari total 34 kasus. (ARN)