Optimisme Menghadapi Asia Pasifik
Penilaian mengenai penetrasi bisnis asuransi yang rendah di Asia Pasifik menjadi tantangan bagi perusahaan asuransi jiwa AIA, yang fokus ke kawasan ini. Beroperasi di 18 negara di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia, AIA kini melayani lebih dari 54 juta pemegang polis.
Didirikan di Shanghai, China, hampir seabad lalu, AIA Group Limited tercatat di bursa saham Hong Kong pada 2010. Pada September 2017, AIA Group mengumumkan pembelian unit bisnis asuransi jiwa Commonwealth Bank of Australia senilai 3 miliar dollar AS.
Untuk mengetahui lebih jauh rencana ekspansi AIA di pasar Asia Pasifik, Kompas bersama sejumlah media berkesempatan mewawancarai Executive Director, Group Chief Executive, dan President Group AIA, Ng Keng Hooi, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Puaskah Anda dengan perkembangan perusahaan sejauh ini?
Semua yang telah diraih perusahaan hingga di titik ini sangat membanggakan. Kerja keras perusahaan selama hampir seabad telah membuahkan sebuah merek jasa keuangan terkuat di Asia dan nomor dua terbesar di dunia. Namun, semakin dekat dengan sejarah 100 tahun AIA, saya masih belum bisa merasa bahagia. Kenapa? Karena banyak sekali orang yang belum mendapat perlindungan asuransi. Tidak bisa dimungkiri, semua orang butuh perlindungan asuransi. Sayangnya, tidak semua orang menginginkan perlindungan asuransi. Tingkat proteksi yang masih rendah adalah ruang bagi kami untuk terus berkembang. Potensi kami untuk berkembang tidak terbatas dan dalam 100 tahun pertama kami sudah mengawalinya dengan baik.
Tingkat proteksi yang masih rendah adalah ruang bagi kami untuk terus berkembang.
Sejauh apa optimisme Anda terhadap pasar asuransi Asia Pasifik?
Dalam 15-20 tahun terakhir, premi asuransi di Asia Pasifik, di luar Jepang, masih berkisar 1-2 persen dari total produk domestik bruto (PDB). Timpang jika dibandingkan dengan Amerika Utara yang lebih dari 3 persen atau Eropa Barat lebih dari 4 persen. Di Jepang justru 8 persen dari PDB. Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Pasifik sangat baik sehingga peluang pembelian produk asuransi juga bakal meningkat. Kami akan terus meningkatkan kerja sama dengan semua mitra strategis di kawasan. Kami memiliki mitra strategis di hampir semua negara. Akhir tahun lalu, kami mengakuisisi CommInsure Life and Sovereign, bisnis asuransi jiwa CBA di Australia dan Selandia Baru. Di regional Asia Pasifik, bisnis kami tumbuh 30 persen dalam tujuh tahun terakhir. Melihat situasi ini kami yakin bisa melanjutkan pertumbuhan.
Bagaimana strategi Anda meningkatkan penetrasi pasar?
Kami menyiapkan beberapa strategi untuk penguatan lini bisnis, mulai dari pemanfaatan teknologi hingga peningkatan sumber daya manusia (SDM). Selain mitra perbankan dan perusahaan jasa keuangan lain, agen tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan bisnis asuransi. Saya tidak tahu ini mengejutkan atau tidak, kenyataannya secara global distribusi premi asuransi AIA Grup didominasi agen, dengan perbandingan 70 persen agen dan 30 persen mitra jasa keuangan. Produk asuransi adalah layanan yang membutuhkan pendekatan personal untuk meraih pelanggan potensial. Lewat agen-agen yang profesional, penetrasi pasar akan lebih mudah dilakukan. Untuk itu, kami akan tetap fokus dalam meningkatkan kapasitas SDM terbaik kami, baik agen maupun staf. Tidak lupa juga kami terus mengembangkan layanan pelanggan digital. Kami meluncurkan platform digital untuk membantu agen dalam memberikan layanan agar lebih cepat dan lebih efisien.
Apakah dapat secara spesifik dilakukan di pasar Indonesia?
Uniknya untuk pasar Indonesia, distribusi layanan asuransi justru didominasi mitra jasa keuangan dibandingkan dengan agen, yakni 70 persen berbanding 30 persen. Perbankan masih menjadi kanal utama pendorong pertumbuhan premi asuransi AIA karena mayoritas agen kami di Indonesia bekerja secara paruh waktu. Padahal, dalam bisnis yang bersifat personal ini, dibutuhkan agen-agen yang berkomitmen untuk bekerja secara penuh untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan. Langkah awal untuk pasar Indonesia, kami akan buat rasio distribusi premi asuransi menjadi 50:50 antara agen dan mitra perbankan terlebih dahulu, demi menjaga pertumbuhan berkelanjutan. Untuk alasan pendekatan pribadi, AIA telah memutuskan tidak mengalokasikan penjatahan khusus untuk pengembangan layanan pelanggan digital di Indonesia. Di Indonesia, mendorong pelanggan untuk mengenal produk asuransi atau mendaftar secara mandiri melalui internet itu sulit karena, meski membutuhkan asuransi, masyarakat Indonesia belum tentu merasa memerlukan asuransi. Pelanggan di Indonesia masih perlu diyakinkan secara personal.
Apa upaya dari AIA sendiri untuk meningkatkan literasi asuransi masyarakat?
Secara global kami berusaha untuk mempromosikan kesehatan dengan menjadi sponsor salah satu klub di Liga Inggris, Tottenham Hotspur. Kami juga menunjuk David Beckham sebagai duta merek kami di wilayah Asia Pasifik. Di Indonesia, kami mendukung upaya dan program dari otoritas negara ini untuk meningkatkan literasi keuangan, termasuk asuransi kepada masyarakat. Kami punya program sendiri dengan mendatangi sekolah-sekolah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi kesehatan sedini mungkin.
Bagaimana Anda memandang program jaminan kesehatan Pemerintah Indonesia? Sebagai pesaing atau pelengkap?
Kami sebagai perusahaan asuransi swasta tidak melihat jaminan kesehatan yang ditawarkan pemerintah sebagai pesaing. Kehadiran layanan kesehatan pemerintah bisa menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan asuransi swasta. Kesadaran masyarakat terkait proteksi semakin baik sehingga mulai terbuka untuk memilih layanan premium atau yang lebih baik yang ditawarkan asuransi swasta. Justru, karena bermain di pasar segmentasi berbeda, kami melihat ini sebagai kesempatan untuk menambah nasabah. Asuransi swasta bersifat melengkapi dan mengarah pada pasar menengah ke atas.
Sebesar apa kontribusi regional Indonesia terhadap pertumbuhan AIA Group?
Saat ini, Indonesia masih belum termasuk dalam lima pasar AIA Group dengan kontribusi terbesar. Jadi, kami tidak dapat mengelaborasi secara detail bagaimana kontribusi pasar Indonesia. Akan tetapi, yang jelas, pertumbuhan perekonomian Asia masih akan terus berlanjut dan Indonesia merupakan bagian dari Asia. Pada triwulan III-2017, AIA Indonesia membukukan pendapatan hingga 791 juta dollar AS atau turun 5,3 persen dari periode yang sama pada 2016. Namun, kami memperbaiki kinerja dengan pertumbuhan aset mencapai Rp 39,7 triliun dibandingkan dengan Rp 34,5 triliun pada tahun lalu.
Apa filosofi Anda dalam memimpin AIA Group?
AIA Group adalah perusahaan global. Dalam bekerja, kami tidak memandang jenis kelamin, kewarganegaraan, ras, baik anggota staf kami maupun pelanggan semuanya setara. Siapa pun yang bergabung dengan AIA berarti bergabung dalam 18 pasar di Asia Pasifik. Hal sederhana yang saya terapkan dalam bekerja adalah lakukan hal yang tepat, di jalan yang tepat, bersama orang-orang yang tepat. Filosofi ini yang saya tanamkan juga kepada seluruh chief eksekutif regional. Kendati saya percayakan mereka bekerja secara otonom, saya tetap ingatkan agar mereka bekerja sesuai regulasi yang berlaku di masing-masing negara.