JAKARTA, KOMPAS — Standard Chartered Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,2 persen. Perbaikan ekonomi global, ekspor, dan investasi akan menjadi penopang utama. Kendati begitu, pemulihan perekonomian nasional masih belum merata.
Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/1), mengatakan, ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu. Investasi pemerintah di sektor infrastruktur dan swasta tetap akan menopang pertumbuhan.
Pemerintah telah menaikkan anggaran infrastruktur sebesar 6 persen pada tahun ini. Pemerintah juga membatasi perusahaan milik pemerintah tidak mengerjakan proyek di bawah Rp 100 miliar sehingga membuka peluang investasi swasta. "Ekspor juga diperkirakan meningkat karena menguatnya permintaan eksternal, terutama dari China, dan ada kenaikan harga komoditas," katanya.
Namun, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih melambat. Penyebabnya adalah kenaikan upah yang lamban, kenaikan tarif listrik, dan minimnya lapangan kerja sektor formal.
Kendati begitu, pemerintah telah mengantisipasi dengan mengalokasikan dana bantuan sosial, program padat karya, dan subsidi. Pemerintah juga berupaya mengendalikan inflasi bahan pangan dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Kami memperkirakan inflasi tahun ini sebesar 4 persen. Kenaikan harga pangan dan minyak mentah dunia rata-rata 61 dollar AS per barrel menjadi faktor utama penyumbang inflasi. Apabila harga BBM naik, kontribusinya terhadap inflasi sebesar 0,4 persen," ujar Aldian.
CEO Standard Chartered Bank Indonesia Rino Donosepoetro mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk berperan sebagai intermediasi investasi bagi Indonesia. Beberapa hal telah dilakukan, seperti menarik investasi dari Korea Selatan dan Prakarsa Sabuk dan Jalan Sutra baru China. "Tahun ini kami juga akan fokus pada penyaluran kredit kepada golongan menengah di Indonesia karena pertumbuhan kelas menengah di Indonesia paling cepat di Asia," katanya.
Kontribusi daerah
Sementara itu, Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional akan ditopang oleh pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi regional itu bervariasi dari satu daerah dengan daerah lain, tetapi masih sangat bergantung pada komoditas.
"Pada 2018, pertumbuhan ekonomi Jawa didukung konsumsi dan proyek infrastruktur, sedangkan pulau-pulau di luar Jawa masih bergantung pada sektor komoditas," ujarnya.
Dendi mencontohkan, Maluku dan Papua, yang pada triwulan III-2017 ekonominya tumbuh 4,15 persen, pada tahun ini diperkirakan tumbuh 7,66 persen. Peningkatan pertumbuhan itu ditopang oleh Kabupaten Timika yang ekonominya bergantung pada PT Freeport Indonesia.
PT Freeport Indonesia masih terus menyelesaikan negosiasi perpanjangan kontrak dan divestasi saham dengan Pemerintah Indonesia. Perusahaan tetap beroperasi. "Papua berada di jalur pertumbuhan semula sehingga memungkinkan tumbuh di atas 7 persen," katanya. (HEN)