JAKARTA, KOMPAS — Setelah tujuh hari berada dalam zona hijau, pasar saham di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (24/1) ditutup melemah 0,3 persen di posisi 6.615,49. Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan ini dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh para investor.
Sebelumnya, dalam dua hari berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu mencetak rekor baru.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan, penjualan saham oleh investor asing hari ini mencapai Rp 300 miliar. ”Ini menandakan, investor melakukan aksi ambil untung dari kenaikan harga saham sebelumnya,” ujarnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat 0,23 persen menjadi Rp 13.305 per dollar AS. Menurut Bhima, ini tidak terlepas dari indeks dollar AS (dollar index) yang melemah 0,51 persen menjadi 89,660. Angka ini terendah sepanjang tiga tahun terakhir.
Indeks KOMPAS100 juga melemah 0,46 persen menjadi 1.406,02. Dalam indeks ini, PT Puradelta Lestari Tbk atau DMAS menempati posisi tertinggi dalam kenaikan harga saham. PT Adhi Karya (Persero) Tbk atau ADHI, PT PP (Persero) Tbk atau PTPP, PT Bumi Resources Tbk atau BUMI, dan PT Ciputra Development Tbk atau CTRA menyusul setelahnya.
Banyaknya saham bidang konstruksi yang harganya naik dipicu oleh ajakan pemerintah kepada swasta untuk berkontribusi dalam sejumlah proyek infrastruktur.
Bhima menuturkan, upaya pemerintah untuk menyelesaikan proyek infrastruktur agar selesai pada 2019 memberikan kepastian kepada investor.
”Semakin cepat selesai proyeknya, semakin cepat aliran pembayaran dan profitnya. Apalagi untuk proyek-proyek komersial seperti jalan tol,” lanjutnya.
Bhima memprediksi, Kamis (25/1), pergerakan pasar saham masih melemah dengan IHSG akan berkisar di posisi 6.600. (DD09)