LARANTUKA, KOMPAS — Ribuan unit lampu tenaga surya didistribusikan di sejumlah wilayah terpencil di Indonesia oleh Panasonic. Khusus di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, perusahaan elektronik asal Jepang tersebut mendistribusikan sekitar 400 lampu tenaga surya sejak 2016.
Lampu dibagikan di wilayah terpencil yang belum memiliki akses terhadap listrik. Di Desa Riang Bura, Kecamatan Ilebura, Flores Timur, masyarakat memanfaatkan untuk berbagai keperluan. Saat malam hari, mereka bisa memperbaiki jala penangkap ikan, menenun, dan menumbuk padi atau jagung. Sebelumnya, kegiatan tersebut tak pernah dilakukan.
”Sebelumnya, kami mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan pada malam hari. Namun, itu tak cukup
untuk dibuat kerja, seperti menumbuk padi atau jagung, menenun, dan memperbaiki jala,” kata Kepala Desa Riang Bura Antonius Reba Darang, Minggu (28/1) malam, saat dijumpai di Riang Bura.
Sejak tahun lalu, jaringan listrik sudah masuk ke Riang Ruba. Namun, sering terjadi pemadaman. Bahkan, pemadaman bisa berlangsung berhari-hari. ”Saat musim hujan dan angin kencang, pemadaman menjadi hal biasa,” ujar Antonius.
Lampu tenaga surya yang didistribusikan oleh Panasonic dilengkapi panel tenaga surya dan kabel yang menghubungkan panel dengan lampu. Jika diisi ulang dayanya pada siang hari, lampu dapat menyala semalaman dengan intensitas cahaya paling rendah. Lampu itu dibagikan secara cuma-cuma dengan melibatkan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Flores Timur.
”Tak hanya untuk membantu pekerjaan di malam hari, lampu tenaga surya ini juga sangat membantu para bidan di Flores Timur saat menolong ibu yang hendak melahirkan,” ujar Sekretaris IBI Cabang Flores Timur Scholastica Konsitanino atau biasa dipanggil Koni.
Program global
Setiap bidan di Flores Timur harus membawa lampu tenaga surya itu untuk membantu proses kelahiran. Sebelumnya, proses kelahiran hanya diterangi lampu minyak tanah yang terangnya tidak stabil dan menimbulkan asap hitam. Halhisa Okuda, Leader Emerging Market & Social Innovation Program Management Section dari Panasonic Jepang, mengatakan, pihaknya telah mendistribusikan lampu tenaga surya tersebut sejak 2013 di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Sulawesi, Sumatera, dan Nusa Tenggara. Total lampu yang dibagikan di Indonesia sampai 2018 sebanyak 10.084 unit.
”Pendistribusian ini dikhususkan di wilayah terpencil yang belum ada akses listrik. Ini merupakan bagian program global yang kami lakukan di sejumlah negara dengan jumlah keseluruhan 100.000 lampu,” kata Okuda.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, rasio elektrifikasi di NTT 60,74 persen, termasuk rendah dibandingkan dengan kawasan lain di Indonesia. Secara nasional, rasio elektrifikasi 94,91 persen pada 2017. Secara keseluruhan, termasuk di NTT, masih ada sekitar 2.500 desa di Indonesia yang belum tersentuh jaringan listrik.
Kementerian ESDM juga memiliki program pemberian paket lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) di wilayah-wilayah terpencil yang belum berlistrik. Tahun ini akan dibagikan 175.782 paket LTSHE di 15 provinsi. Paket tersebut berisi 1 panel tenaga surya berkapasitas 30 watt, 4 bohlam yang dayanya bisa diisi ulang, dan kabel. (APO)