JAKARTA, KOMPAS – Sebanyak 62 pegawai hubungan masyarakat PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk berkunjung ke redaksi Harian Kompas, Jumat (2/2), di Palmerah Selatan, Jakarta. Kunjungan Indofood bertujuan untuk memahami kelaikan berita di media massa.
“Supaya humas yang hadir dapat wawasan tentang media massa. Mereka kan dari daerah. Jadi akan berguna karena di daerah mereka pasti akan berhubungan dengan media massa,” ucap Novi Arlaeda, Head of Corporate Public Relation PT Indofood, saat diwawancarai setelah kunjungan selesai.
Humas yang hadir pada acara ini berasal dari berbagai kota di Indonesia. Mereka adalah humas cabang Indofood, di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
Novi mengatakan, Indofood memilih kunjungan ke Harian Kompas karena memiliki tempat yang besar dan bisa menampung 62 orang. Selain itu, dia juga mengaku, humas Indofood di daerah kerap kesulitan mendapatkan porsi berita di Kompas.
“Kami sering ngundang, tetapi memang agak sulit kalau masuk ke Kompas. Untuk itu kami mau belajar ke sini langsung,” ucap Novi, sambil tertawa.
Kedatangan Indofood itu disambut langsung oleh Redaktur Pelaksasana Harian Kompas, Mohammad Bakir, Kepala Desk Ekonomi Harian Kompas, Dewi Indriastuti, dan Editor Harian Kompas Digital, M. Fajar Marta.
Jajaran pimpinan Harian Kompas dan humas Indofood berkumpul di ruang rapat redaksi. Para humas bergantian melontarkan pertanyaan. Umumnya, pertanyaan didominasi tentang klasifikasi berita untuk bisa dimuat di Harian Kompas.
Menurut Bakir, berita layak muat adalah yang berhubungan dengan kedekatan, kepentingan, dan ketenaran sosok bagi masyarakat luas. “Misalnya, kalau ada bom di Sarinah. Pasti berita cepat naik karena respon masyarakat akan tinggi. Masyarakat akan berpikir kemungkinan keluarganya ada di tempat tersebut atau tidak,” katanya.
Bakir juga mencontohkan, ketenaran sosok adalah suatu yang penting untuk pembaca. “Kalau saya diundang ke acara Indofood dibandingkan Menteri Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan), pasti kan Susi yang memiliki nilai berita,” ucapnya.
Sementara itu, Dewi mengatakan, humas Indofood tidak perlu khawatir undangannya tidak penting. Hal yang dinilai tidak penting itu bisa menjadi penting ketika ditarik akar masalahnya.
“Seperti, misalnya pengesahan akuisisi sebuah perusahaan. Mungkin dilihat seperti tidak penting. Tetapi, akusisi ini bisa dilihat menjadi penting kalau jumlahnya besar dan berdampak pada ekonomi,” ucap Dewi.
Era digital
Kedatangan Indofood juga bertujuan untuk mempelajari adaptasi digital oleh Harian Kompas. Sejak 2017, Harian Kompas memiliki konten digital yang bernama Kompas.id. Dalam konten digital itu, pelanggan dapat membaca berita lewat akses internet.
Menurut Novi, perkembangan zaman membuat teknologi menjadi sebuah keniscayaan. Untuk itu, para humas harus belajar untuk beradaptasi ke dunia digital.
Kunjungan itu sendiri merupakan rangkaian dari acara kosolidasi Indofood terhadap humasnya. Sebelum berkunjung, humas dari berbagai daerah di Indonesia itu diberikan pelatihan cara menghadapi digitalisasi.
Novi mengatakan, digitalisasi harus ditanggapi sejara bijak. Untuk itu, Indofood mengadakan pelatihan bagi para humas di seluruh Indonesia. Pelatihan itu guna menyosialisasikan cara menggunakan media sosial dan internet dengan benar.
“Kan humas ini merupakan wajah dari perusahaan. Kalau mereka menunjukkan sesuatu yang tidak pantas di media sosial, maka perusahaan juga akan terkena dampaknya,” kata Novi.
Novi menambahkan, para humas diajarkan untuk bisa membangun citra perusahaan lewat medsos. Cara ini dinilai penting, karena banyak pegawai yang tidak berlatarbelakang pendidikan humas.
Salah satu humas Indofood cabang Cibitung, Jawa Barat, Rut Amenta, mengatakan, konsolidasi selama dua hari ini mengajarkannya untuk bisa merangkul banyak pihak. Selain itu, dia juga belajar untuk bijak dalam penggunaan medsos. (DD06)