Pada lingkup domestik, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mengembangkan sistem tata niaga daring guna meningkatkan perdagangan antarpulau dan provinsi. Di sisi lain, Kemendag juga perlu mengawasi serbuan produk impor melalui toko-toko daring. Usaha toko daring pun diharapkan menggandeng pelaku usaha kecil menengah dari dalam negeri.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, Jumat (2/2), mengatakan, peningkatan target ekspor itu merujuk pada pertumbuhan ekspor tahun lalu yang sebesar 16 persen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dunia yang makin baik. Harga sejumlah komoditas ekspor, seperti batubara, pun mulai meningkat.
China juga diproyeksikan membuka keran impor dari 1,8 triliun dollar AS pada 2017 menjadi 10 triliun dollar AS pada 2022. Untuk kawasan Uni Eropa (UE), Indonesia memenangi tudingan antidumping biodiesel, sehingga ekspor biodiesel ke UE bisa kembali normal.
”Kunjungan bilateral dan promosi atau misi dagang pada 2017 dan awal tahun ini ke sejumlah negara nontradisional, kami yakin akan berdampak pada ekspor,” kata Enggartiasto.
Selain itu, Kemendag akan menerapkan perdagangan timbal balik dengan negara lain. Untuk itu, akan dibentuk tim perdagangan timbal balik yang melibatkan para eksportir dan importir. Melalui skema perdagangan itu, negara yang mengekspor produk ke Indonesia bisa mengimpor produk Indonesia juga.
Di dalam negeri, Kemendag akan mengadopsi sistem perdagangan antarpulau dan provinsi secara daring yang dikembangkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Melalui sistem itu, pemerintah daerah dapat berdagang satu sama lain sesuai kebutuhan masing-masing. ”Dengan perdagangan antardaerah, otomatis mata rantai distribusi pangan makin pendek. Pasokan setiap daerah juga bisa terpantau,” kata Enggartiasto.
E-dagang
Ditambahkan Enggartiasto, Kemendag juga akan berusaha mengurangi serbuan produk impor melalui e-dagang. Terkait itu, akan dibuat peraturan mengenai e-dagang dan diusulkan agar barang yang dikirimkan ke Indonesia dimasukkan terlebih dahulu ke Pusat Logistik Berikat (PLB) agar bisa dikenai pajak.
Kemendag juga akan meminta toko-toko daring turut menjual produk-produk UKM. Selama ini, produk-produk yang dijual toko-toko daring didominasi produk impor. Produk lokalnya hanya 5-10 persen.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong mengatakan, langkah pertama untuk mendongkrak kinerja ekspor adalah investasi. Investasi harus lebih dahulu ada, baru pabrik bisa berproduksi dan produknya bisa diekspor.
Menurut Lembong, BKPM akan mendorong investasi yang menopang kinerja ekspor. Indonesia membutuhkan investasi di pabrik bahan baku dan komponen. Dibutuhkan pula universitas dan lembaga pendidikan vokasi untuk memproduksi sarjana, teknisi, dan pekerja terampil.
”Butuh waktu sekitar 2-3 tahun untuk meningkatkan ekspor setelah investasi masuk. Tanpa investasi, terutama di sektor manufaktur, kita tidak bisa mengharapkan Kementerian Perdagangan untuk mendongkrak kinerja ekspor,” ujarnya. (HEN)